Udara pagi menusuk tulang, embun menyelimuti bumi. Merdunya kicauan terdengar lembut di telinga.
"Brakk ... brakk ... brakk, " suara pintu triplek digedor. Tak lama pintu terbuka.
"I ... iya pak, " suara terbata-bata nenek tua berwajah pucat pasi.
"Mana uang sewa kontrakan?" tanya lelaki kekar berkumis itu.
"Maaf pak ... saya belum punya uang," jawab nenek tua itu lirih.
"Alasan saja ..." kata lelaki itu.
"Brakk" pintu itu dipukul tangan kanannya.
Nenek itu semakin ketakutan, airmata berlinang di pipinya. Lelaki itu meninggalkan sang nenek sambil menendang pot bunga.
Sang nenek menutup pintu sambil mengusap air mata. Segera dibelai kepala cucu laki-lakinya yang mengintip di ruang tamu. Ditemani si cucu sarapan sebelum ke sekolah. Ditunjukkan wajah gembira agar si cucu tak ketakutan serta kepikiran. Tak lama, si cucu pamit karena di jemput teman-temannya.