Mohon tunggu...
Kristian ApriyandiPernando
Kristian ApriyandiPernando Mohon Tunggu... Supir - Berkarya merupakan media untuk mengembangkan potensi dan kemampuanmu.

Nama lengkapku Kristian Apriyandi Pernando, biasanya aku dipanggil dengan nama Yandi. Aku saat ini menjalani perkuliahan di Fakultas Filsafat, Universitas St Thomas, Sinaksak, Pematang Siantar. Aku berasal dari Kubu Raya, Pontianak, Kalimantan Barat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hubungan Manusia sebagai Makhluk Etis dan Esthetical Being dengan Dunia Infra-Humana

5 Februari 2021   10:15 Diperbarui: 5 Februari 2021   10:50 4220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaanNya yang lainnya. Hal ini pun dikarenakan manusia memiliki kemampuan yang lebih unggul, seperti halnya mereka memiliki akal dan pikiran untuk berpikir secara logis. Selain itu, manusia pun dimampukan untuk mengenal apa maupun mana yang baik (positif) dan yang buruk (negatif) untuk dirinya. Dengan demikian, apabila manusia dapat melihat segala hal yang baik maupun buruk untuk diri mereka, maka manusia pun sekaligus dapat melihat apa yang indah menurutnya dan sekaligus keindahan tersebut pun membuat dirinya merasa nyaman.

Selain dikatakan sebagai makhluk yang berpikir atau homo-sapiens, manusia juga sekaligus dikatakan sebagai makhluk yang juga merasa dan mengindera. Melalui panca indera yang dimiliki oleh manusia, mereka pun pada akhirnya dapat merasakan sesuatu. Apabila manusia yang bersangkutan merasakan sesuatu yang menyenangkan ataupun menggembiran dan lain sebagainya tentulah akan timbul perasaan puas. Demikian juga halnya kepuasan timbul setelah seseorang melihat atau merasakan sesuatu yang indah. Rasa kepuasan itu lahir setelah perasaan keindahan yang ada pada setiap orang itu mulai muncul dan bangkit. Oleh sebab itu, setiap orang memiliki perasaan yang tertuju pada keindahan.

Manusia juga dikatakan sebagai an esthetical being, karena manusia sangat dekat dengan yang namanya estetika, dengan kata lain keindahan. Dalam ilmu filsafat sendiri manusia dikatakan sebagai pemuja keindahan. Hal ini dikatakan demikian karena manusia secara terus menerus mencari estetika jika tidak ditemukannya estetika tersebut dalam kesehariannya. Maka dari itu, dalam pengalaman yang dialami oleh manusia sendiri sering kali mereka berupaya untuk memperindah diri ataupun mempercantik dirinya sendiri, sehingga dirinya dapat terlihat menawan maupun indah dimatanya sendiri maupun orang lain. Selain itu, manusia pun sering kali mencari suatu hal yang terlihat indah, misalnya: pantai maupun air terjun dan lain sebagainya. Hal ini pun dilakukan oleh mereka atas dasar untuk memuaskan panca indra maupun hasrat yang dibutuhkan oleh rasa keinginannya.

Perlu diketahui pula, selain keindahan jasmani yang dekat dengan kehidupan manusia, tetapi ada pula keindahan lainnya yang juga dekat dengan kehidupan manusia, seperti halnya yang disebutkan diatas, yakni keindahan jasmani. Selain itu, ada pula keindahan seni; keindahan alam; keindahan moral; dan juga keindahan intelek. Pertama, keindahan jasmani dapat dilihat dari bagaimana manusia memberikan penampilan yang menarik, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Kedua, keindahan pada seni, yakni suatu hasil karya yang diciptakan oleh manusia melalui khayalannya sendiri maupun dari apa yang dia lihat atau yang telah dia miliki. Ketiga, keindahan alam, yakni hasil kreasi Tuhan yang sudah ada sejak bumi diciptakan olehNya. Keindahan ini juga sekaligus menjadi inspirasi terhadap karya seni. Keempat, keindahan moral, yakni keindahan yang membawa nilai yang lebih baik dalam bergaul maupun berelasi, dengan kata lain dapat mempengaruhi seorang manusia dalam berperilaku dengan sesamanya. Kelima, keindahan intelek, yakni keindahan yang memiliki nilai tinggi pada diri manusia, sebab dengan adanya keindahan intelek pada diri manusia dapat membantu mereka untuk memperoleh harga diri ataupun martabat diri dari orang lain. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa keindahan ialah awal dari terbentuknya hasil karya manusia. Oleh sebab itu, manusia dan estetika sangat berhubungan, terutama dalam kehidupan sehari-hari.

Unsur esthetical being yang ada pada diri manusia dapat menjadikan manusia sebagai manusia yang bermoral, dengan kata lain hidup dalam adat istiadat serta sopan santun. Hal ini pun menjadi dasar bagi manusia untuk menghidupi sebuah nilai estetika ataupun keindahan tersebut, sehingga dapatlah dikatakan bukan hanya keindahan secara fisik saja, melainkan juga keindahan yang mendatangkan kebaikkan dalam berelasi antara satu sama, baik itu kepada sesamanya manusia maupun makhluk hidup lainnya. Adat istiadat dan sopan santun yang ada di dalam diri manusia sudah dimiliki maupun dihidupi mereka sejak kecil hingga dewasa, yakni melalui pengalaman-pengalaman yang telah dilaluinya baik bersama sesamannya manusia maupun segala makhluk yang ada di dunia infra-humana.

Infra-humana adalah makhluk hidup yang belum maupun tidak memiliki tingkat pemahaman seperti manusia pada umumnya, seperti halnya: anak-anak yang belum memiliki kecerdasan memadai, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan, dan segala benda mati lainnya. Makhluk hidup maupun benda mati yang belum maupun tidak memiliki pemahaman yang sama dengan manusia ini tentunya belum ataupun tidak dapat menggunakan simbol-simbol untuk berkomunikasi. Berbeda halnya dengan manusia, mereka mampu untuk mengaktualisasikan segala simbol yang ditemukannya melalui setiap pengalamannya, sehingga mereka dapat berkomunikasi satu sama lain dengan simbol yang digunakan pada umumnya oleh manusia.

Manusia juga tentunya harus menyadari bahwa dirinya bukanlah makhluk yang terisolasi ataupun makhluk yang hidup sendiri, melainkan manusia itu selalu berada dalam relasinya dengan yang lain, yaitu dengan benda mati, tumbuh-tumbuhan, binatang, sesamanya sebagai manusia, dan juga dengan Sang Pencipta, yakni Tuhan sebagai Pencipta manusia dan alam semesta serta semua makhluk hidup yang ada didalam alam semesta. Manusia juga tentunya dimampukan untuk menyadari diri dan memiliki kebebasan kehendak dalam bersikap serta menentukan diri dalam hubungannya dengan yang lain, baik itu kepada sesamanya maupun makhluk infra-humana. Akan tetapi, perlulah pula untuk diketahui dan diingat bahwa tindakan yang kita ambil ketika berhadapan dengan makhluk infra-humana berbeda dengan tindakan yang kita lakukan dengan sesama kita manusia, dengan kata lain apa yang baik dan layak kita lakukan terhadap makhluk infra-humana tidaklah baik ataupun tidaklah layak kita lakukan terhadap sesama manusia.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia yang memiliki unsur esthetical being tersebut haruslah dapat bertindak ataupun mengambil sikap yang berdasarkan pada moral maupun adat istiadat, sehingga keindahan tersebut dapat diperolehnya secara nyata. Sikap maupun tindakan berdasarkan moral maupun adat istiadat ini tentunya bukan hanya dikonkretkan kepada sesama manusia saja, melainkan juga kepada makhluk infra-humana, sebab walaupun makhluk infra-humana memiliki tingkat kemampuan dibawah manusia, akan tetapi mereka tetaplah juga memiliki unsur estetika maupun keindahannya sendiri, akan tetapi dibawah tingkat manusia. Maka dari itu, manusia yang memiliki unsur esthetical being tersebut haruslah dapat menjaga keindahan yang ada pada sesamanya manusia dan juga pada dunia infra-humana, sehingga manusia tetap dapat melihat, merasakan, dan menghidupi keindahan yang ada didalam dirinya dan sesamanya manusia, yakni dirinya dan diri sesamanya sebagai manusia yang berestetika; dan diluar dirinya, yakni makhluk infra-humana itu sediri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun