Kalian tahu, Indonesia itu luas sekali. Bukan hanya pulau Jawa. Iya, bukan hanya Medan. Loh kenapa aku hanya menyebut Jawa, bahkan Medan? Karena, dulu saat SMP, mungkin sekitar setahun setelah kepindahan kami dari Rantauprapat, kota kecil di Sumatera Utara ke Slawi, ibu kota kabupaten Tegal di Jawa Tengah, ada tetangga yang mengobrol dan bertanya-tanya denganku. Salah satu pertanyaannya membuat otak remajaku ingin berontak. Alasan ini juga yang membuatku ingin menuangkannya dalam tulisan m. Sekali lagi kukatakan, Indonesia itu luas. Bukan hanya pulau Jawa. Dan aku bangga menjadi warga Indonesia. Aku bangga tinggal di Indonesia. Aku bangga saat aku bisa kemana saja di Indonesia. Bangga berwisata di Indonesia, yaa walau belum semua provinsi bisa kudatangi. Tetapi paling tidak aku suka mengunjunginya entah lewat buku atau TV.
Mungkin kalian bertanya-tanya, apa sih pertanyaan tetanggaku itu. Jadi ceritanya begini. Suatu hari, sepulang sekolah menjelang sore, kulihat beberapa tetangga asyik duduk-duduk di halaman antara rumah kontrakan kami dan musholah. Melihat aku yang masih menggunakan seragam, salah satu dari mereka memanggilku untuk bergabung bersama mereka. Aku pun mendatangi mereka dan menyapa. Pertanyaan pertama mereka adalah, "Baru pulang Krist, emang kamu sekolah dimana?" Aku menganggukkan kepala sambil menjawab di SMP swasta yang tidak jauh dari tempat tinggal kami. Lalu, ada yang melanjutkan pertanyaan dengan "Ooo kamu di SMP swasta ya? Kenapa tidak tidak di SMP N 1?" Aku jawab saja pertanyaan itu seperti jawaban orang tuaku saat aku tanyakan pertanyaan yang sama. "Kata bapak, kursinya sudah habis, harus beli kursi sendir. Lah bapak gak sanggup beli kursi, jadi bapak daftarin aku di swasta aja." Tetapi kulanjutkan penjelasanku bahwa sebelumnya aku bersekolah di SMP N 1 di Rantauprapat.
Mendengar ceritaku, mereka jadi penasaran dan bertanya lagi, "Dimana itu? Di Medan?" Aku jawab bukan. Entahlah mengapa orang-orang selalu menganggap orang Batak adalah orang Medan? Padahal jujur sampai detik ini, setelah puluhan tahun dari kejadian itu, aku baru dua kali ke Medan. Aku jelaskan kepada orang-orang itu, Rantauprapat itu ada di Sumatera Utara, tapi tidak di Medan. Medan juga ada di Sumatera Utara. Entah mereka mendengar penjelasanku atau tidak, mereka lanjut bertanya. Pertanyaan yang membuat aku pusing tujuh keliling. Sedikit emosi dan entah perasaan apa lagi.
"Itu masih Indonesia?" Kaget. Diam sesaat yang rasanya puluhan menit kulakukan. Lebih kaget lagi saat aku tahu yang bertanya bukan anak SD, melainkan orang yang lebih dewasa dariku. Dengan cemberut aku menjawab tentu saja Indonesia. Masih negara Indonesia. Sama seperti ini (maksudku Slawi) juga Indonesia. Kita kan sama orang Indonesia. Namun, aku sudah tak berselera untuk meneruskan obrolan itu.
Saat malam berkumpul dengan keluarga, kuungkapkan rasa kesalku pada anggapan mereka bahwa Rantauprapat itu buka'bagian dari Indonesia. Bapak melihat ke wajah kesalku dan memintaku menjelaskan. Sebelum aku jelaskan, kakak keduaku menyeletuk, "Ahh kali aja mereka gak tahu?" Mendengar itu, ekpresiku mulai berubah dari yang tadinya cemberut menjadi sedikit tenang. Kuceritakan secara singkat tentang obrolan kami di halaman sebelah. Lalu Bapak pun mengatakan, "Itu bukan anggapan, tetapi karena ketidaktahuan mereka. Mereka kan belum pernah ke Sumatera. Tidak suka merantau mungkin." Dengan sedikit ragu, aku pun mengatakan, "Tapi yang bertanya itu kan lebih dewasa dariku Pak. Aku juga belum pernah ke Maluku, tapi aku tahu Maluku, Kalimantan, juga Indonesia." Bapak tersenyum dan mengatakan, "Nah makanya kamu seharusnya menjelaskan bahwa Indonesia itu luas. Bukan malah ngambek."
Sejak mendengar penjelasan Bapak, aku semakin menyukai kisah-kisah tentang tempat-tempat dimana saja yang ada di Indonesia. Betul. Mungkin yang mengajukan pertanyaan itu memang belum luas pengetahuannya tentang Indonesia atau saat pelajaran IPS, dia sering tidak masuk sekolah. Hihihiii... Entahlah. Aku bangga aku sudah ke empat pulau yang ada di Indonesia, paling sedikit sudah ke delapan provinsi di Indonesia. Dan tentu, itu masih kurang. Namun mendengar cerita/pengalaman adik dan keponakan saat ke provinsi yang belum pernah aku datangi pun menggugah rasa kecintaanku pada Indonesia. Begitu pun dengan berteman dengan orang-orang dari berbagai daerah juga menjadi kesukaanku.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H