Dari data yang WHO muat, diperkirakan ada sekitar 3,8% orang di dunia mengalami depresi. Sekitar 5% adalah orang dewasa dengan komposisi 4% pria dan 6% wanita. Sedangkan data tingkat depresi di Indonesia yang dimuat dalam laman World Population Review disebutkan ada sekitar 9.162.886 kasus depresi dengan prevalensi sekitar 3,7%.Â
Depresi sendiri bukan hanya sekedar gangguan mood semata atau bahasa gaulnya moodyan. Orang dengan keadaan depresi biasanya ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam hingga orang tersebut kehilangan minat pada beberapa hal-hal yang disukai. Mungkin orang tersebut sangat suka memancing ikan di laut, akan tetapi karena beberapa faktor dapat menyebabkannya kehilangan minat pada memancing tersebut. Perlu diluruskan juga bahwa tidak semua yang merupakan penurunan minat pada sesuatu hal adalah depresi, meskipun indikator orang dengan depresi sendiri memang ditandai dengan hilangnya minat untuk melakukan beberapa hal yang disukai. Depresi hanya dapat didiagnosa oleh profesional seperti psikolog atau psikiater.Â
Depresi juga ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam, akan tetapi kesedihan yang dikatakan dalam hal depresi ini bukan suatu kesedihan dengan taraf kesedihan biasa saja. Namun, perasaan itu dibarengi juga dengan perasaan lain, seperti merasa tidak berharga, merasa tidak dapat melakukan apa-apa, berpikiran agresi (berpikir melukai diri sendiri hingga berpikir untuk mengakhiri hidupnya sendiri). Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa dampak depresi bukanlah suatu hal yang dapat dikatakan sepele.Â
Beberapa faktor ikut andil dalam menyebabkan depresi, pertama yaitu faktor biologi bahwa seorang individu yang lahir pada keluarga yang memiliki riwayat depresi akan memiliki kecenderungan mengalami depresi juga. Faktor hormon pada wanita juga menjadi faktor biologi serta penyakit berkepanjangan yang tak kunjung sembuh. Faktor yang kedua, yaitu faktor psikologis Bagaimana orang dalam menghadapi masalah yang dihadapi juga dapat menjadi faktornya, seperti apabila orang tersebut cenderung lebih banyak merenung dan fokus pada masalah tersebut tanpa mencari solusi untuk keluar dari masalah tersebut. Istilahnya, lebih senang berkubang dalam lumpur. Faktor terakhir, yaitu faktor sosial dimana faktor dalam konteks sosial sendiri tidak hanya ada dua atau tiga faktor saja, namun ada beberapa lainnya lagi didalamnya, seperti kejadian traumatik yang telah dialami, melahirkan, permasalahan keuangan, ketergantungan alkohol dan obat-obatan, terisolasi secara sosial, faktor usia dan gender, tuntutan dan peran sosial hingga dampak situasi sehari-hari.Â
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa apabila seseorang dalam keadaan depresi tidak membutuhkan hal yang muluk-muluk untuk meredakan ketegangan yang ada pada dirinya tersebut, cukup dengan didengarkan cerita beratnya, kita paham dan mengerti apa yang sedang dialami. Hal tersebut setidaknya sedikit mengurangi tekanan dalam diri mereka, namun apabila depresi telah dirasa berat hingga mengancam jiwa sangat disarankan untuk menghubungi layanan kesehatan jiwa yang dapat dijangkau. Sekarang layanan tersebut juga dapat diakses melalui sebuah laman di internet, seperti halodoc, HIMPSI, IPK (Ikatan Psikolog Klinis Indonesia). Layanan BPJS juga sekarang telah menyediakan bantuan dalam hal kesehatan jiwa, layanan kesehatan mental juga dapat ditemui di beberapa puskesmas meski belum merata seluruh Indonesia. Namun, jika depresi ini hingga mengancam jiwa, maka sangat disarankan untuk menghubungi nomor hotline 119.Â
Referensi :Â
- Nolen-Hoeksema, S. (2020). Mood Disorder and Suicide. Dalam S. Nolen-Hoeksema, Abnormal Psychology ed : 8th (hal. 168-209). New York: McGraw-Hill Education.
- World Health Organization (WHO). (2023, Maret 31). Depressive disorder (depression). Diambil kembali dari www.who.int: https://www.who.int/
- Ilham Choirul Anwar. (2023, Oktober 10). Info Data Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia Tahun 2023. Diambil kembali dari https://tirto.id/info-data-kesehatan-mental-masyarakat-indonesia-tahun-2023-gQRT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H