Mohon tunggu...
Kristian Wongso
Kristian Wongso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Ilmu Kriminologi

Pembelajar Ilmu Kriminologi, Dokter Anak

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Anak Anda Nonton “The Fault in Our Stars”? Hati-hati Adegan Panasnya

30 Juni 2014   03:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:14 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tidak tinggal di kota besar. Saya tinggal di sebuah kabupaten yang relatif sepi; termasuk sepi hiburan. Sesekali saya menyeberangi teluk menuju Kota Balikpapan demi mencari hiburan.

Tertarik dengan film “The Fault in Our Stars” yang dipromosikan seorang teman, saya memutuskan untuk menonton film tersebut. Di antara kerumunan orang yang kebanyakan mengantri untuk membeli tiket film Transformers, ternyata hanya sedikit yang memilih untuk menonton film seperti yang saya pilih.

Singkatnya, kemudian film tersebut mulai diputar. Film ini menceritakan mengenai kisah cinta sepasang muda-mudi yang mengidap kanker. Saya suka cerita yang emosional. Saya berharap cerita ini sesuai dengan harapan saya. Namun, ternyata ada sesuatu tak terduga yang saya saksikan di layar bioskop.

Ada adegan panas di mana saat itu sepasang pacar bermesraan kelewat batas (menurut batas Indonesia umumnya) di depan mobil. Padahal di bioskop saat itu banyak remaja yang sepertinya masih SMP-SMA. Menurut saya, adegan tersebut tidak cocok dengan usia mereka.

Setelah itu, ada adegan panas di ranjang, yang memang walaupun pengambilan gambar dilakukan dari sisi belakang, namun tetap saja rasanya kurang pantas. Sebenarnya bukan salah anak-anak SMP-SMA itu. Mereka tidak menyusup untuk menonton film yang tidak sesuai dengan kategori usia mereka. Pasalnya, di jadwal film di bioskop tersebut, film tersebut diberi label “R” atau “Remaja”.

Berbicara mengenai unsur pornografi yang sesuai usia bukanlah hal yang sederhana. Pasti banyak dari Para Pembaca sekalian yang kemudian akan mempertanyakan apa definisi dan kriteria pornografi, dan sebagian lagi akan mengatakan bahwa hal tersebut adalah hal yang sangat subjektif. Ya, saya sangat menghargai pandangan yang mungkin berbeda-beda.

Namun, coba bayangkan saja seperti ini: Para Pembaca sekalian adalah seorang ayah atau ibu. Akankah Anda membiarkan anak Anda yang (misalkan) masih kelas 1 SMP (kelas VII) menyaksikan adegan tersebut?

Semoga kelak penyuntingan film dapat lebih baik lagi, sehingga kita semua dapat menyaksikan film-film yang baik sesuai dengan kategori usia. Tapi, lebih baik jika kelak akan lebih banyak lagi film drama Indonesia dengan cerita inovatif (tidak mudah tertebak ending-nya) yang akan bertengger di jadwal pemutaran film di bioskop-bioskop kesayangan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun