Mohon tunggu...
Kristian Wongso
Kristian Wongso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Ilmu Kriminologi

Pembelajar Ilmu Kriminologi, Dokter Anak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam dan Kristen Ternyata Bisa Damai: Pelajaran dari Nigeria

15 Oktober 2015   20:39 Diperbarui: 15 Oktober 2015   20:54 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walaupun begitu, Pendeta James mengaku pernah ingin membunuh Imam Ashafa saat keduanya menginap di kamar yang sama. Pendeta James mengatakan bahwa setiap kali ia tergoda untuk membunuh Imam Ashafa, dirinya seakan tidak dapat melakukannya. Hingga pada saat suatu kali ia mendengarkan khotbah mengenai Kristus yang datang membawa kasih, bukannya kebencian. Hati Pendeta James yang masih keras dengan dendam menjadi sangat hancur dan ia mulai belajar untuk meneladani panutannya, Yesus Kristus.

Sejak saat itu, keduanya menjadi sangat akrab dan bergabung mendirikan semacam lembaga dialog antaragama yang giat berkeliling untuk menyebarkan pesan perdamaian. Selain itu, istri Imam Ashafa dan istri Pendeta James juga mulai menjadi akrab. Istri-istri mereka sangat mendukung ide perdamaian yang dipromosikan oleh kedua pemuka agama juru damai tersebut. Saat bepergian bersama, anggota tim yang Kristen akan dengan senang hati menunggu rekan-rekan mereka yang melaksanakan sholat, begitu pula saat anggota tim yang Kristen menjalankan ibadah mereka di hari Minggu.

Imam Ashafa dan Pendeta James terus giat menunaikan kerinduan mereka untuk menyebarkan pesan-pesan perdamaian. Mereka percaya bahwa dalam agama yang mereka yakini sama sekali tidak ada konsep membenci, malahan ajakan untuk mengampuni dan hidup damai dengan pemeluk agama lain. Tidak ada pesan kebencian, malah pesan perdamaian.

Dalam cuplikan deklarasi perdamaian di video ini, saya sangat terkesan dengan permintaan maaf seorang ulama Muslim yang diutarakan di depan khalayak ramai. Ia mengakui bahwa selama ini pemimpin-pemimpin agama telah melakukan kesalahan dengan menyampaikan ceramah-ceramah kekerasan ketimbang pesan-pesan perdamaian.

Kita dapat menarik pelajaran-pelajaran berharga dari peristiwa di Nigeria ini yang sangat relevan dengan kondisi kita di Indonesia. Kita tahu ada ceramah-ceramah agama yang berisi pesan kebencian terhadap pemeluk agama lain. Apalagi dalam kondisi saat ini, saat masih hangat di ingatan kita tentang kasus kekerasan di Tolikara dan Aceh. Ada yang mengkafir-kafirkan pemeluk agama lain di depan umum, ada yang berdoa minta tsunami. Sudah cukup kegilaan ini.

Menarik juga bila kita amati apa yang menjadi titik balik Imam Ashafa dan Pendeta James, yang tidak lain justru ajaran agama. Banyak orang yang selalu menyalahkan keberadaan agama. Agama dipandang sebagai penyebab konflik kemanusiaan. Dari kisah ini, kita setidaknya tahu bahwa agama juga dapat meredam konflik kekerasan. Nilai-nilai agama dapat mendukung terselenggaranya nilai-nilai kemanusiaan.

Saya membayangkan bagaimana jadinya bila pihak-pihak yang sementara bertikai, baik di Aceh, Papua, Poso maupun Ambon mendengarkan pesan-pesan perdamaian diberitakan dengan begitu agungnya oleh pemuka agama mereka masing-masing. Pesan-pesan indah, seperti pengampunan dan saling mengasihi, bukannya pesan berapi-api untuk memberangus pemeluk agama lain.

Semoga di Indonesia muncul banyak pemimpin agama, baik Islam maupun Kristen, yang menyampaikan pesan-pesan perdamaian yang mendinginkan, seperti yang dilakukan Imam Ashafa dan Pendeta James.

 

*Video ini dapat disaksikan di https://www.youtube.com/watch?v=kFh85K4NFv0

#70thICRCid

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun