Mohon tunggu...
Kristianus Jimy Pratama
Kristianus Jimy Pratama Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Pascasarjana, Peneliti Hukum

Kristianus Jimy Pratama adalah alumnus Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang tengah menempuh pendidikan pascasarjana pada Program Studi Magister Hukum Bisnis dan Kenegaraan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Ia tercatat juga sebagai salah satu peneliti hukum pada Center For Law, Technology, RegTech & LegalTech Studies UGM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merenda Kasih Tanpa Balas

31 Juli 2022   17:48 Diperbarui: 31 Juli 2022   18:01 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita tentu pernah mendengar satu pepatah bahwa siapa yang menabur, maka dia pula yang akan menuainya. Pepatah itu kemudian kita kenal pula dengan istilah “hukum tabur tuai”. Seringkali dalam memahami pepatah ini, kita menjalaninya dalam kekeliruan interpretasi. 

Banyak diantara kita memahami pepatah ini dengan interpretasi, “barangsiapa menolong orang lain, maka orang yang menolong tersebut akan mendapatkan kebaikan pula sebagai balasannya”.  

Dengan demikian, interpretasi ini membuat kita memiliki pandangan bahwa, “setelah kebaikan dilakukan, balasan atasnya adalah suatu keharusan dan menjadi hak dari yang berbuat baik”. 

Oleh karena itu, tidak dipungkiri bahwa kita seringkali “menuntut balasan” dan “menjadi kecewa” apabila tidak mendapatkan balasan kebaikannya.

Kekecewaan ini pula yang membuat banyak insan dengan interpretasi diatas untuk ragu, bahkan berhenti untuk mempercayainya. Sungguh jumlah insan yang “kecewa” ini tidaklah sedikit, dan mungkin saja kita adalah salah satu insan yang turut mengalami “kekecewaan” ini pula. 

Rasa kecewa merupakan rasa yang tentu dimiliki oleh setiap manusia, tetapi apakah kita pantas untuk “kecewa” apabila kebaikan yang diberi tidak berbalas kebaikan pula? 

Pertanyaan ini apabila direnungi dengan menggunakan nurani, ada dua jawaban yang bisa kita dapatkan. Jawaban yang pertama adalah bahwa itu adalah sesuatu hal yang manusiawi, sedangkan jawaban kedua adalah rasa “kecewa” karena kebaikan yang diberikan tidak berbalas adalah hal yang miris lagi menyedihkan.

Mengapa saya katakan bahwa rasa “kecewa” ini adalah manusiawi? Hal ini tidak lain dikarenakan sifat dasar manusia adalah “mengharapkan timbal balik” dari setiap perbuatan yang dilakukannya. Oleh karenanya tidak dapat dipungkiri bahwa rasa “kecewa” karena tidak mendapatkan hasil dari perbuatan sebelumnya adalah karena manusia seringkali dipengaruhi oleh sifat dasar tersebut. 

Selain rasa “kecewa” itu adalah hal yang “manusiawi”, rasa “kecewa” yang sama merupakan hal yang miris dan menyedihkan. Miris ketika kita mengetahui bahwa orang yang kita tolong adalah orang yang dirundung rasa kedukaan dan penderitaan, justru kita berharap mereka membalas kebaikan kita. Dengan mengharapkan adanya balasan saja, pamrih itu sudah menyelimuti niat menolong yang kita berikan.

Menjadi hal yang menyedihkan pula di satu sisi ketika kita “menuntut” orang lain atau siapa pun untuk membalas kebaikan kita di saat apa yang kita berikan adalah titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita dengan ini sudah memberikan “harga” dari setiap pertolongan yang kita berikan dan dengan ini pula telah memberikan “nilai” terhadap setiap titipan Tuhan Yang Maha Kuasa. 

Mari sejenak kita untuk dapat memandang lukisan cakrawala di kala siang saat matahari memberikan sinarnya untuk kehidupan setiap makhluk hidup di dunia, begitu juga saat malam ketika bulan serta bintang-bintang menjadi “lampu yang menerangi” malam setiap insan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun