Mohon tunggu...
Kristianus Ato
Kristianus Ato Mohon Tunggu... Administrasi - Pendiam

mencoba yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semua Tentang Kita

14 Oktober 2017   19:16 Diperbarui: 14 Oktober 2017   19:20 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kau yang mengawali percakapan. Kala itu hujan gerimis dan aku baru saja memarkir sepeda. Kau menyapaku lembut. Padahal semenjak kedatanganmu, ku pikir kau akan sama saja seperti penghuni cewek lainnya. Diam dan acuh padaku.

Namun ternyata dugaanku keliru. Kau seolah guru privat bagiku. Mengajariku bagaimana memulai sebuah obrolan. Sederhana saja! Hanya menyapa lalu di sertai obrolan singkat atau basa basi saja.

Kitapun semakin intens bertegur sapa. Tetangga kos lain menjadi kikuk melihat perubahanku yang biasanya pendiam dan dingin. Seperti pagi tadi secara reflek aku menyapamu tapi kau tidak merespon. Aku mengulangi dengan suara lebih keras namun kau masih tetap diam tak membisu. Lantas aku mengulangi lagi dan kau tertawa menghampiriku. Memelukku. Kalau di pikir lucu tapi ya itulah aku. Dan dari bahasa tubuhmu aku pahami. Ternyata kau pura - pura tak mendengar agar aku belajar menghadapi orang judes layaknya diriku selama ini.

Dua minggu kemudian aku mulai berani mengajakmu hangout. Aku sangat terharu sekaligus deg - degan ketika kamu mengiyakan ajakan itu. Maklum ini pertama kalinya jalan - jalan berdua bersama cewek secantik kamu. Sebenarnya hati ini ragu tapi aku tahu kamu pasti sudah mahir memainkan suasana bila akan berdua bersama seorang lelaki dingin dan tak pandai bercakap seperti diriku ini di keramaian.

Tiba di sebuah mall pusat kota, berkapasitas pengunjung hampir mencapai 10.000 orang di akhir pekan seperti ini. Aku mulai resah. Tubuhku berkeringat dingin. Lantas derap langkahku menjadi kikuk. Hampir saja aku terjatuh saat hendak menaiki eskalator. Untung saja jemari mulusmu begitu cepat dan kuat menarik tanganku. Tapi kamu tidak serta merta menertawakanku seperti pengunjung lainnya. Kamu malah mengajak ngobrol sana sini agar gugupku segera minggat.

Kita berjalan menyusuri lantai demi lantai, gerai demi gerai tanpa tujuan yang pasti. Hingga di sebuah gerai boneka aku masuk dan membelikan mini pink Teddy Bear tapi kau menolaknya. Aku jadi malu. Hemm...padahal inginku meniru salah satu adegan seperti di FTV itu.

Kitapun mengakhiri jalan singkat ini di sebuat counter minuman dingin. Kau memesan air mineral "kayak ada manis - manisnya gitu " sedangkan aku memesan segelas cappucino. Rehat sejenak dan kau masih saja sengaja membiusku dengan sekelumit kisah - kisah cintamu, bukan untuk membuatku cemburu tapi mengajariku.

ooOoo

Minggu berikutnya sekali lagi kau tak menolak saat aku ajak nonton bioskop. Kamu datang hanya mengenakan tank top dan celana pendek ketat sebatas pangkal paha. Super seksi. Sempat terbayang di benakku 'apa kamu nanti tak kedinginan atau di hisap nyamuk - nyamuk nakal?' Tapi aku tak punya nyali untuk mengatakan itu.

Kamu menginginkan paling lama jam 9 malam sudah harus pulang. Otomatis fokus kita ke jam tayang bukan pada daftar film. "Silence, tayang jam 18.45" jawab mbak kasir singkat ketika kamu menanyakan jam tayang. Sesaat kemudian sudah terdengar suara "pintu teater 3 telah di buka ....."

Ibarat tuan putri sedang berjalan di pagi hari bersama mini pom kesayangannya. Aku hanya mengekor di belakangmu. Bedanya mini pom imut menggemaskan sedangkan aku amit - amit menyebalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun