Mohon tunggu...
Kristianus Ato
Kristianus Ato Mohon Tunggu... Administrasi - Pendiam

mencoba yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balkon Pelepas Rindu

12 September 2017   21:52 Diperbarui: 12 September 2017   23:17 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pohon mangga di pekarangan rumah kos berlantai tiga itu dahannya menari - nari mengikuti irama angin sore berinai gerimis. Tanpa malu helai demi helai turut serta menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan kanan sembari merontokan mereka yang telah menguning. Sang pemilik tak pernah  memangkas kuncup membiarkannya menjulang tinggi menutupi atap rumahnya. Hanya sesekali menggunting sebagian dedahan yang mencoba memaksa menelusup nakal ke pekarangan tetangga.

Semenjak di terima kerja di sebuah perusahaan berskala nasional, edwin memutuskan pindah kos. Melalui seorang teman Ia di hantar ke rumah kos berselimutkan dedaunan pohon mangga itu. Edwin memilih kamar paling depan dekat balcon lantai tiga. Kamarnya minimalis berperabotan sebuah dipan, lemari, sepasang meja kursi dan sebuah lukisan "bertemakan lautan lepas". Seketika Edwin merasa tersinggung tatkala menatap lukisan itu. Benturan keras ombak pada sayap - sayap batu karang seolah menggambarkan tantangan jerih payah hidupnya. Jalan hidup cukuplah tuk di kenang. Tidak untuk di tatap lalu di tangisi.

Keesokan harinya Ia membeli sebuah poster artis papan atas tanah air di sebuah pasar malam lalu menutup rapat lukisan itu. Ia kemudian tersenyium puas melihat lukisan itu berganti  seorang artis idolanya. Apalagi saat ini artis tersebut sedang memacu adrenalin untuk menelurkan album internasional perdananya. Sebagai wujud nyata atas ambisi terbesar dalam kiprahnya di belantika musik tanah air.

Ketika memutuskan tinggal seorang diri di tanah rantau nun jauh dari kampung halaman dan sanak saudara memaksa dirinya untuk berjuang keras pantang mundur. Tak kenal lelah merangkak, tertatih sebelum akhirnya bisa melompat penuh kegirangan seperti saat ini. Edwin menyadari bahwa sebuah tembikar cantikpun tak jadi begitu saja, harus melewati proses panjang mulai dari pemilihan bahan, pembentukan, pengeringan berhari - hari di bawah terik matahari serta harus berlumuran lidah dan bara api panas pada proses akhirnya.

Memiliki karir bagus seperti saat ini tak lantas membuat dia lupa diri lupa akan kampung halamannya. Ia paling ngk tahan bila samar wajah keriput sang Ibunda yang telah susah payah membesarkannya hadir menyapa. Edwin akan berdiam diri sejenak lantas melakukan ritual singkat. Dengan penuh kasih nan harap mendaraskan sebait untaian doa kiranya sang Maha Pengasih menganugerahkan kesehatan serta nafas kehidupan abadi tuk Ibunda tercinta. Sehingga bila tiba saatnya nanti Ibunya tersenyium bahagia menyambut kehadirannya.

Lantas melangkah keluar. Duduk berdiam diri di balcon sambil sesekali memuntahkan asap rokok ke udara. Ia akan menghabiskan sisa malam menyaksikan kerdap kerdip bias lampu gedung pencakar langit kota metropolitan dari balik rimbunan dedaunan pohon mangga. Semilir angin hujan malam menerpa seakan menangisi kerinduan yang teramat dalam. Dalam benaknya ingin segera pulang. Namun apalah daya kerinduan itu masih terbendung oleh tujuan utama penjelajahannya dulu. Menggapai impian entah harus menunggu berapa lama lagi. Biarlah balcon ini sebagai pelepas rindu sementara hingga pagi menjelang, kembali anak manusia melapangkan dada bermandikan keringat.

Surabaya, 12 Sept 2017

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun