Mohon tunggu...
Kristianus Tara
Kristianus Tara Mohon Tunggu... Politisi - Wiraswasta mandiri

Hobi membaca, menulis dan senang bereksperimen dan berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hajatan Keluarga Pengikat Tali Persaudaraan

27 Desember 2023   22:34 Diperbarui: 27 Desember 2023   22:36 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hajatan Keluarga pengikat Tali persaudaraan

Kondisi faktual hari ini menjadi tantangan sendiri antara masalah ekonomi dengan kegiatan hajatan. Banyak pemikiran terlintas dalam benak pemikiran orang bahwasan penyebab kemiskinan adalah kegiatan hajatan. Ide permasalahan ini bergulir ditengah kehidupan sosial masyarakat. Ada yang berpendapat agar setiap hajatan  harus dipikir matang-matang agar sehemat mungkin bahkan tidak perlu melakukan. Dari berbagai elemen berusaha untuk mengajak agar ide penghematan terus dikumandangkan sebagai upaya pemberian pencerahan, alasan agar terjadi perubahan masalah ekonnomi rumah tangga.

Ketika ajakan ini terus bergulir, yang menjadi pertanyaan yang muncul mengapa tidak dihiraukan oleh masyarakat ? bahkan ada yang mengomentari, bahwasan acara kami, terus yang rugi juga kami terus apa masalah buat anda ? juga yang mengomentari bagaimana dengan kami yang sudah buat untuk orang atau dalam hal ini keluarga dengan kami, jika kami tidak buat hajatan ? terus ada juga yang mengomentari bagaimana dengan hubungan keluarga karena yang bisa mempertemukan hanyalah dengan hajatan ?

Pertanyaan demi pertanyaan ini akhirnya seolah hanya gosip yang tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan sulutif yang tepat, agar permasalah ini tidak jadi seputaran opini tanpa titik temu konkrit. Hal ini bisa menghambat daya kekritisan daya pikiran orang yang lebih positif.

Ditengah gencarnya opini permasalahan ini, hajatan terus merebah dimana-mana, hal yang paling mengejutkan pada kalimat ajakan, agar tidak terjadi pemborosan dengan tidak membuat hajatan, justru para pembawa narasi besar, bahwasan pesta/hajatan akan terjadi proses pemiskinan, mereka pula sebagai motor penggerak bagi masyarakat lain dengan tetap membuat pesta bahkan besar-besaran.

Lalu dalam benak pikiran kecilku sering bertanya apa yang salah dengan pesta? Juga kalau pesta penyebab kemiskinan bagaimana solusinya ? Apakah orang tidak takut dengan namanya miskin?

Pertanyaan ini timbul karena ketika kita menyaksikan para pelaku pembuat pesta juga dari keluarga secara pendapatan pas-pasan. Sementara pemikiran agar kalangan ini untuk tidak membuat pesta, ditekankan lebih pada penghematan sehigga permasalahan ekonomi segera usai suda.

Lagi-lagi dalil yang diargumentasikan adalah bahwasan acara kami, yang rugi juga kami terus apa masalah buat anda ? juga yang mengomentari bagaimana dengan kami yang sudah buat untuk orang atau dalam hal ini keluarga dengan kami, jika kami tidak buat hajatan ? Terus ada juga yang mengomentari bagaimana dengan hubungan keluarga karena yang bisa mempertemukan hanyalah dengan hajatan?

Hingga hari ini masih saja pendapat terkait permasalahan kemiskinan penyebabnya adalah pesta, namun hanya berputar, jadi rumor antara masyarakat. Anehnya tiba pada giliran pada sang aktor pemikiran hantu ini justru sebagai dalang. Menciptakan lagi ketidakpastian penyebab akar kemiskinan. Sungguh aneh namun nyata. Permasalahan ini sebagai bentuk beban batin masyarakat secara kususnya kami yang ada dibagian timur. Baicara terkait hajatan/pesta semacam warisan, pesta dijadikan ajang pertemuan keluarga juga sebagai pengikat hubungan persaudaraan, dengan pesta juga sebagai media refresing.

Jika kita bicara soal kemiskinan penyebab dari pesta saran saya coba dikaji secara ilmiah dan mendalam, sehingga kita bisa pastikan penyebab dasarnya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun