Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Di Balik Sikap PDI-P Memaklumkan Gibran

25 Oktober 2023   11:05 Diperbarui: 25 Oktober 2023   11:12 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran dan para petinggi PDI-Perjuangan. Foto: https://nasional.kompas.com

"Tenang, tenang Pak Prabowo, saya sudah ada di sini." Pernyataan Gibran sangat menyayat hati PDI-Perjuangan. Kata-kata Gibran merupakan hela nafas panjang dari lika-liku Gibran berjuang melompat kelaur dari kandang banteng. Ketika pengumuman cawapres Gibran memang masih di dalam kandang dan Prabowo merasa tak tenang. Hari ini, di Indonesia Arena, Gibran dengan senyum lebar menguatkan Prabowo tanpa peduli bagaimana perasaan PDI-Perjuangan.

Hari ini Rabu (25/10/2023), pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Euforia para pendukung Prabowo-Gibran di sela-sela pendaftaran terlihat memadati Indonesia Arena. Lautan massa pendukung kedua pasangan yang terkahir mendaftar ke KPU ini, tidak lain datang dari massa pendukung Partai Koalisi (Golkar, PAN, PBB, Partai Gelora, Partai Prima, Partai Garuda, Partai  Demokrat, Partai Aceh, PSI, dan Gerindra). Meski penuh dengan euforia, tanda tanya besar tetap menggelinding di benak publik. Pasalnya calon wakil presiden (cawapres) Gibran Rakabuming Raka yang merupakan Putra Sulung dari Presiden Joko Widodo merupakan kader partai lawan politik Prabowo Subianto, yakni PDI-Perjuangan.

Status Gibran hingga waktu pendaftaran resmi ke KPU hari ini masih sebagai kader PDI-Perjuangan. Ketua DPP PDI-Perjuangan Puan Maharani menyebut bahwa Gibran belum berkonsultasi dengan Pimpinan PDI-Perjuangan terkait dirinya yang sudah dipinang atau berpindah haluan ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) mendampingi capres Prabowo Subianto. Status Gibran, dengan demikian, masih sebagai kader PDI-Perjuangan. Sikap Gibran tentu sangat kurang etis ketika harus diam-diam keluar dari kandang banteng tanpa berpamitan. Gibran akan terus mendampingi Prabowo Subianto tanpa status yang jelas.

Pertanyaan besarnya "Kenapa PDI-Perjuangan tidak memberikan keputusan pasti dan sikap tegas terhadap Gibran?" Status Gibran yang sudah melompat keluar dari kandang banteng tentu merupakan sebuah tindakan melawan kode etik partai. Seharusnya, sebagai seorang kader yang baik, Gibran perlu berpamitan secara resmi jika memang tidak lagi merasa "at home" dengan PDI-Perjuangan. Saat masuk menjadi kader PDI-Perjuangan, Gibran pasti dipinang dengan baik dan penuh selebrasi. Jika cara masuknya Gibran ke PDI-P melalui cara-cara yang etis, artinya Gibran juga pasti memiliki sikap etis sebagai tanda terima kasih dan rasa syukur bahwa ia pernah mengenyam pendidikan politik bersama PDI-Perjuangan. Ironisnya, sikap etis ini tidak muncul dari diri Gibran.

Gibran saat ini merasa dirinya seolah-olah tak butuh kekuatan lagi. Rumah tempat ia menenun karier politik saat menjadi Walikota Solo tak lagi dipijaknya. Gibran justru hadir di Indonesia Arena dengan slogan meyakinkan "Tenang, tenang Pak Prabowo, saya sudah ada di sini." Sikap Gibran seperti telah dipendam lama saat berada di PDI-Perjuangan. Gibran merasa dirinya kuat secara elektoral dan mampu secara politis. Gibran tak lagi mau melihat ke belakang. Gibran sama sekali menutup mata, telinga, dan hati pasca dirinya dipinang Prabowo Subianto sebagai cawapres. Sikap cuek dengan hastag terserah PDI-Perjuangan adalah sikap apatis yang justru terlihat dari diri Gibran.

Gibran dan para petinggi PDI-Perjuangan. Foto: https://nasional.kompas.com
Gibran dan para petinggi PDI-Perjuangan. Foto: https://nasional.kompas.com

Gibran sebagai kader partai merasa apatis dan masa bodoh dengan status dirinya secara keanggotaan parpol. Diusung Partai Golkar dalam Rapimnas, Gibran menyatakan diri siap. Ditanya sudah berkomunikasi dengan PDI-Perjuangan, Gibran mengangguk. Faktanya, PDI-P belum berkomunikasi dengan Gibran dan belum mendapat surat pengunduran diri Gibran dari keanggotaan partai secara resmi. Sikap PDI-P memaklumkan Gibran, hemat saya ditengarai tiga alasan utama.

Pertama, PDI-P merasa muak dengan sikap Gibran yang main lompat tanpa izin dari kandang banteng. Sebagai sebuah partai yang sukses memimpin Indonesia selama dua periode, PDI-P seperti merasa kurang berhasil mendidik beberapa kader partai (Budiman Sudjatmiko, Gibran Rakabuming Raka). Kedua, PDI-P memaklumi sikap Gibran karena Gibran masih anak-anak. Sikap bolos dan enggan minta izin biasanya dilakukan oleh anak-anak. Inilah yang terjadi dengan Gibran Rakabuming Raka. PDI-P membiarkan Gibran mencari suaka sendiri di luar kandang banteng tanpa pendampingan berkelanjutan. Ketiga, sikap PDI-P memaklumkan Gibran justru karena PDI-P merasa malu. PDI-P merasa situasi internalnya tidak mampu dikendalikan dengan formasi politik yang baik. Banyak kader yang melompat keluar dari kandang banteng menjadi sebuah refleksi serius bagi PDI-P ke depan.  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun