Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Anies-Cak Imin, Hasil Persilangan Bisikan Langit dan Bumi

13 September 2023   11:08 Diperbarui: 13 September 2023   13:51 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bacapres Anies Baswedan dan bacawapres Muhaimin Iskandar (Cak Imin) bersalaman. Foto: https://www.jpnn.com/

Panasnya suhu politik Tanah Air saat ini sejatinya memberikan banyak ruang interpretasi yang out of box. Di kala suasana koalisi masih terombang-ambing, bongkar-pasang capres-cawapres menguat, dan runtuhnya ekosistem perpolitikan yang ideal, manuver-manuver politik pun tak habis dibicarakan. Upaya mencocokkan satu kandidat dengan kandidat yang lain pun terus digenjot. Bahkan, untuk menyamakan persepsi dan sikap, aksi beyond human logic pun dimeteraikan di ruang publik. Di ruang politik, hal-hal yang mengatasi pemikiran manusia, akhirnya dipaksakan untuk dipahami dan diterima sebagai "political knowledge."

Muhaimin Iskandar atau akrab disapa Cak Imin belakangan mengatakan bahwa duet dirinya dengan bacapres Anies Baswedan yang diusung Partai NasDem merupakan representasi real dari bisikan langit yang pernah ia dengar. Cak Imin menyampaikan bahwa dirinya pernah mendapatkan bisikan dari salah satu Kiai di Tidore Maluku Utara. Bisikan yang dikomunikasikan melalui mata batin itu, menyebutkan bahwa dirinya akan berpasangan dengan Anies Baswedan di kemudian hari. Selain Kiai di Tidore, Maluku Utara, Cak Imin juga mendapat bisikan dari Kiai Kholil As'ad di Situbondo Jawa Timur pada 2021. Saat itu, Kiai Kholil As'ad juga berpesan bahwa dirinya akan berpasangan dengan Anies Baswedan yang kala itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Dua kabar langit pun diterima Cak Imin. Satu berasal dari Tidore ujung utara Indonesia dan satunya lagi dari ujung timur Pulau Jawa. Dari dua kabar yang diklaim Cak Imin sebagai bisikan langit, upaya mencocokkan keduanya harus menunggu waktu. Menurut Cak Imin, bisikan langit memang terang-benderang dan membawa harapan. Akan tetapi, ketika dicek di bumi, suasana bumi toh terasa gelap. Hemat saya, inilah yang dirasakan Cak Imin selama bergabung dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) mendampingi Prabowo Subianto. Situasi bumi yang gelap menunjukkan redupnya implementasi bisikan langit yang teruntai lewat pesan batin para Kiai.

Situasi gelap di bumi memang dirasakan Cak Imin selama masa "sanggah" di KKIR atau Koalisi Indonesia Maju. Cak Imin dengan segala dokumentasi pesan dua Kiai Sakti, sejatinya tak mampu mendapatkan apa yang diharapkan di KKIR. Cak Imin seolah-olah dipandang sebelah mata dan makin tergusur dari bursa nama bacawapres pendamping Prabowo Subianto pasca masuknya Golkar dan PAN. Adanya usulan nama bacawapres pendamping Prabowo Subianto dari Golkar dan PAN membuat daya tawar Cak Imin dan PKB makin menurun. Nama Menteri BUMN Erick Thohir dan Ketum Golkar Airlangga Hartato cukup memberikan "warning" bagi Cak Imin bahwa tanda-tanda bumi belum ada kepastian. Masa "sanggah" Cak Imin pun berlalu selama setahun. Jika tanda-tanda bumi belum ada, Cak Imin didorong untuk mencari yang lain.

Pertanyaanya, "Kapan tanda-tanda bumi mulai berbicara?" Tanda-tanda bumi mulai kelihatan ketika janji temu Surya Paloh dan Cak Imin diberi ruang. Masuknya Bang Surya atau Surya Paloh Ketum NasDem, seakan-akan memberi ikhtiar bahwa tanda-tanda langit yang disampaikan Kiai Sakti sudah "menerangi" bumi. Situasi bumi yang tadinya masih gelap tanpa adanya kepastian yang jelas, kini berubah secara tiba-tiba. Bisikan ketiga, meski bukan dari jajaran Kiai, justru muncul dari Bang Surya. Dari mulut Bang Surya, ajakan untuk duet bersama bacapres Anies Baswedan menjadi nyata.

Hadirnya Bang Surya secara tidak langsung merupakan jawaban atas bisikan langit yang dipesankan para Kiai. Menariknya, dalam membaca tanda-tanda bumi yang disampaikan melalui Bang Surya, Cak Imin tak lagi memerlukan waktu yang lama untuk membuat analisis dalam menjaring tanda-tanda bumi yang ditawarkan. Dalam catatan saya, jika memang Cak Imin percaya dengan pesan langit para Kiai Sakti, seharusnya Cak Imin kembali ke Situbondo dan Tidore untuk melapor. Akan tetapi, intuisi pribadi Cak Imin lebih cepat menangkap kesempatan yang ditawarkan. Pesan Kiai justru hanya bersifat dokumentatif dan bahan rujukan semata bagi Cak Imin dalam melegitimasi perjalanan kisahnya menuju kursi bacawapres bersama Anies Baswedan. Bak kisah "Cinta Satu Malam," perjumpaan Bang Surya dan Cak Imin akhirnya langsung naik akad di Hotel Yamato, Surabaya.

Cak Imin menyebut bahwa kecocokan mulai terlihat ketika tawaran Bang Surya sampai ke telinga batinnya. Saat itu, bisikan langit dan bumi seakan mendapat ruang untuk ada bersama. Anies Baswedan yang ada dalam radar percakapan batin para Kiai pun cocok dengan impian Cak Imin. Dengan demikian, Cak Imin, hemat saya merupakan hasil persilangan antara bisikan langit dan bumi. Bisikan langit tentunya diwakili oleh dua Kiai Sakti yang berasal dari Tidore dan Situbondo, Jawa Timur. Sedangkan bisikan bumi keluar dari ungkapan hati Surya Paloh sang Ketum Partai NasDem. Persilangan dua bisikan ini menjadi nyata ketika Anies-Muhaimin (AMIN) dideklarasikan secara resmi menjadi capres-cawapres pada Pilpres 2024.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun