Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tesalonika dalam Teks Suci

18 November 2021   23:44 Diperbarui: 19 November 2021   00:20 1384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tesalonika. Sumber: https://pixabay.com.

Tesalonika merupakan satu dari kota-kota utama dalam kekaisaran Romawi yang mengalami kemakmuran -- baik pada masa Hellenis maupun pada masa Romawi. Kota ini didirikan pada tahun 315 SM oleh seorang panglima Alexander Agung yang bernama Cassander. Tesalonika menjadi kota utama sekaligus ibukota Makedonia sejak tahun 146.

Kota ini terletak di via Egnatia yang menghubungkan daerah-daerah utama dalam kekuasaan Romawi pada abad II M. Hal inilah yang membuat Tesalonika menjadi pusat militer dan perdagangan. Sebagian besar penduduk Tesalonika adalah orang-orang Yunani yang ditandai dengan kultus peribadatan yang berasal dari percampuran berbagai etnis.

Sebagian dari antara mereka menjadi Kristen berkat pewartaan Paulus dan teman-temannya. Pembahasan mengenai kultur Yahudi tidak terlalu dimunculkan dalam profil jemaat Tesalonika. Hal ini membuktikan bahwa jemaat Tesalonika pada umumnya non-Yahudi.

Sebagai sebuah kota Hellenis, orang-orang Tesalonika juga mengedepankan pemikiran, diskusi dan filsafat. Kerja tangan mendapat tempat di bawah filsafat. Bahwa Paulus beberapa kali berbicara tentang perlunya jerih payah dan kerja keras dengan tangan sendiri supaya mereka tidak menggantungkan hidup pada orang lain.

Indikasi ini menunjukkan bahwa jemaat Kristen Tesalonika ada dalam tata kelas bawah dalam masyarakat, yakni sebagai kelas pekerja.  Berlawanan dengan cara berpikir umum maasyarakat Yahudi, Paulus tidak merendahkan para pekerja tangan -- bahkan ia menempatkan dirinya setara dengan anggota kelas pekerja tangan ini.

Untuk menekankan hal ini, Paulus juga bekerja dengan tangannya sendiri untuk mencukupi kebutuhan agar ia tidak menjadi beban bagi siapapun dari antara mereka. Dengan demikian, Paulus menjadikan dirinya sebagai teladan yang unggul bagi jemaat.

Suasana jemaat yang tersirat dalam surat 1 Tesalonika adalah penderitaan (thlipsis) yang muncul karena penganiyaan yang ditimbulkan baik oleh orang-orang Yahudi di Tesalonika maupun oleh "teman-teman sebangsa" (1Tes 2,14).

Dalam perbandingan dengan derita yang dialami Paulus (1Tes 1,6), penderitaan tidak hanya mengandung arti tekanan psikis, tetapi juga tekanan fisik dan sosial yang timbul karena serangan dari para lawan.  Orang-orang Kristen ditolak untuk terlibat dalam ritus keagamaan tradisional kota Tesalonika dan mengamali kekerasan fisik dan sosial karena penolakan mereka untuk menyembah kaisar sebagai dewa.

Paulus berbangga pada keteguhan jemaat di tengah-tengah penderitaan dan menasihati mereka untuk tetap bertekun dalam pemberitaan Injil tanpa takut. Paulus juga memuji jemaat yang telah meneladani Paulus karena "dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita....., sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya" (1Tes 1,6-7).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun