Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bio-Politik dan Manuver Kekuasaan

31 Agustus 2021   21:01 Diperbarui: 31 Agustus 2021   21:38 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekuasaan dalam dunia Barat awalnya bersifat menguasai benda, waktu, badan, dan jiwa. Akan tetapi, pada perkembangan periode berikutnya, mekanisme kekuasaan mengalami transformasi. Hak untuk menentukan ajal bergeser ke tuntutan suatu kekuasaan yang mengelola hidup.

Kekuasaan atas hidup berkembang sejak abad ke-17 dalam dua bentuk pokok. Pertama, terhimpun pada tubuh sebagai mesin: dimana tubuh dididik, ditingkatkan berbagai kemampuannya, dirampas tenaganya, ditingkatkan sejajar kegunaan dan kepatuhannya, dan diintegrasikan dalam berbagai sistem kendali yang efektif dan ekonomis. Semua itu telah dijamin oleh berbagai prosedur kekuasaan yang merupakan ciri khas berbagai bentuk disiplin: politik anatomis tentang tubuh manusia.

Kedua, (terbentuk sekitar pertengahan abad ke-18), terhimpun pada badan sebagai jenis, yaitu pada badan yang dialiri mekanika kehidupan dan dijadikan penunjang bagi berbagai proses biologis: pembiakan, kelahiran dan kematian, tingkat kesehatan, harapan hidup, panjang umur dengan segala kondisi yang dapat membuat proses yang satu berbeda dari proses yang lain. Proses itu diawasi melalui sederet campur tangan dan pengendalian: suatu bio-politik tentang populasi.

Biopolitik ini penting bagi perkembangan kapitalisme karena membutuhkan tubuh yang dapat dikontrol untuk kegiatan produksi. Akibatnya, biologi direfleksikan dalam perspektif politik, sehingga hidup kemudian menjadi arena kontrol pengetahuan dan campur tangan kekuasaan. Kekuasaan tidak lagi hanya mengurusi kawula de jure yang sangat didominasi maut, tetapi mengurusi makhluk-makhluk hidup, dan penguasaan atas mereka harus diletakkan di tataran hidup itu sendiri.

Lebih lanjut, disiplin-disiplin tentang tubuh dan pengendalian populasi membentuk dua kutub, dan di sekitarnya berkembang organisasi kekuasaan atas hidup yang fungsinya paling utama bukan lagi membunuh melainkan meresapi kehidupan. Maka dari itu, berbagai disiplin tumbuh dengan cepat selama zaman klasik, yakni aneka sekolah, kolese, tangsi, dan bengkel.

Dalam bidang kegiatan politis dan pengamatan ekonomis pun bermunculan masalah kelahiran, harapan hidup, kesehatan masyarakat, hunian, dan migrasi. Jadi dengan itu pun berlangsung eksploitasi teknik yang beraneka ragam dan banyak untuk memperoleh kepatuhan tubuh-tubuh dan untuk mengendalikan masyarakat. Dari sinilah era "bio-kekuasaan" itu terbentuk.

Bio-kekuasaan merupakan unsur yang harus ada dalam pertumbuhan kapitalisme. Pertumbuhan kapitalisme harus dibayar dengan penyisipan tubuh-tubuh secara terkendali ke dalam alat produksi dan dengan menyesuaikan gejala-gejala populasi melalui proses ekonomi. Investasi tubuh, pengunggulan tubuh, dan pengelolaan disribusi kekuatan tubuh, sangat diperlukan untuk penerapan bio-kekuasaan.

Dalam pertumbuhan kapitalisme, berbagai gejala yang khas kehidupan umat manusia dalam tataran pengetahuan dan kekuasaan, masuk ke dalam wilayah berbagai teknik politis. Hidup akhirnya masuk ke dalam wilayah pengendalian pengetahuan dan campur tangan kekuasaan. Mengurusi "hidup" berarti memberi peluang pada kekuasaan untuk menyentuh tubuh.

Berbicara tentang "bio-kekuasaan" dimaksudkan untuk menyebut apa yang memasukkan hidup dan berbagai mekanismenya ke dalam realitas kalkulasi eksplisit dan menjadikan kekuasaan-pengetahuan sebagai agen transformasi kehidupan manusia. Transformasi itu telah menimbulkan banyak akibat. Salah satunya adalah merasuki dan mendistribusikan kembali tatanan lapisan episteme klasik. Kehidupan pun dirasuki oleh teknik pengetahuan dan kekuasaan.

Akibat lain dari "bio-kekuasaan" adalah bahwa manusia semakin dikuasai oleh permainan norma yang mengorbankan sistem yuridis. Kekuasaan melakukan berbagai distribusi di sekeliling norma. Hukum makin lama makin berfungsi sebagai suatu norma dimana fungsi utamanya adalah mengatur. Masyarakat yang mengikuti norma merupakan dampak historis dari suatu teknologi kekuasaan yang dipusatkan pada kehidupan. Semua itu hanya bentuk-bentuk yang membuat kita menerima suatu kekuasaan yang tugas utamanya adalah mengatur berdasarkan norma.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun