Menurut data statistik Paroki Purbayan tahun 2013, wilayah St. Fabianus Kepatihan didominasi oleh dua suku, yakni suku Jawa dan suku Tionghoa. Jumlah umat yang berlatar suku Jawa sekitar 156 orang, Tionghoa sekitar 57 orang, dan Sulawesi serta lainnya masing-masing satu orang.
Secara garis besar, mata pencaharian penduduk di wilayah Kepatihan adalah pedagang, diikuti dengan para penjual jasa, pengusaha, dan wiraswasta. Sebagian besar umat di wilayah Kepatihan juga memilih untuk merantau.Â
Dalam kesederhanaan hidup, umat Kepatihan tetap mengedepankan aspek-aspek penting, seperti pendidikan anak, kesehatan, dan kerukunan. Pendidikan anak bagi umat wilayah Kepatihan adalah hal penting yang selalu diperjuangkan. Akan tetapi, ada juga beberapa keluarga yang "gagal" mengenyam pendidikan.
Hal ini sejatinya sangat dipengarui oleh power ekonomi. Walaupun sebagian besar umat berada di dekat daerah aliran sungai (DAS), perhatian mereka akan kesehatan sangatlah tinggi. Kondisi pemukiman -- khususnya lingkungan Filemon (kampung Cokronegaran) dan Filipus, di sekitar daerah aliran sungai kali Pepe -- juga sangat memperihatinkan.Â
Akan tetapi, lorong-lorong sempit dengan karakter wajah yang selalu ceria di kampung Cokronegaran, malah membuat siapa saja merasa seperti saudara.Â
Hingga saat ini, ada kerinduan terbesar umat wilayah Kepatihan untuk kembali ke masa kejayaannya, tempo doeloe; diantaranya adalah kerinduan akan adanya kunjungan para pastor ke rumah-rumah umat, berkumpul bersama, share bersama dan kekompakan umat. Ada ketakutan terbesar yang juga menjadi ranjau yang siap dilewati umat Kepatihan ke depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H