percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi" (Yohanes 6:24-35). Ketika lapar, perlu datang, beranjak, berusaha. Dan ketika haus, kita diberi kemudahan agar segar kembali, yakni dengan percaya. Bagaimana pernyataan ini dipahami?
"Akulah roti hidup! Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapaDatang kepada Yesus adalah satu jenis aktivitas yang tak mudah. Ketika Yesus mengatakan "datang," sejatinya, Ia tengah mengundang umat-Nya. Datang merupakan jenis undangan. Undangan ini berlaku untuk semua. Dalam hal ini, Yesus berharap banyak orang akan menjumpai dan mendengarkan pengajaran-NYa. Kenapa undangan itu disebut tak mudah. Sibuk, tak punya waktu, atau lainnya kadang menjadi tameng persembunyian.
Ketika Yesus mengatakan "datang," apa sebetulnya yang hendak direfleksikan? Hemat saya, kata "datang kepada-Ku" adalah salah satu undangan resmi yang membutuhkan keaktifan dari semua umat yang mendengar. Yesus menawarkan keselamatan dengan kata "datang" karena Ia tahu bahwa ada banyak orang yang menjauh dari-Nya. Ajakan dengan frase "datang" memberi semangat kepada semua pengikut-Nya agar mereka tetap bekerja sama dalam hidup bersama.
Apa implikasinya bagi kehidupan bersama? Dalam kehidupan bersama, ajakan berupa kata "datang" ini juga memengaruhi relasi. Misalnya, si A mengundang si B untuk menghadiri acara di rumahnya. Dalam hal ini, si B merasa menjadi bagian dan dipercaya karena mendapat undangan dari si A. Akan tetapi, jika si A merasa cuek dan tidak mau mengundang, si B akan merasa terasing dari lingkungannya. Kebersamaan itu lahir dan hidp melalui undangan dan kehadiran.
Ajakan untuk datang kepada Yesus Sang Roti Hidup merupakan ajakan yang bersifat komunal. Dalam hal ini, Yesus mengajarkan kepada para pengikut-Nya mengenai pentingnya kebersamaan dan kepekaan. Yesus menawarkan diri-Nya sebagai santapan rohani karena Ia sendiri mau menyatu dengan umat-Nya. Undangan untuk menyatu, hadir dalam ajakan datang kepada-Nya. Ketika datang kepada-Nya, kita diberi-Nya "makanan rohani" yang membuat kita tidak akan lapar lagi. Lapar dalam hal ini, tidak hanya dipahami secara jasmani, tetapi juga spiritual-rohaniah.
Lalu, bagaimana dengan percaya dan tidak akan haus lagi? Kata-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi!" Kehausan dalam hal ini bisa diperlebar dalam cakupan lain, misalnya kekeringan rohani, cemas, stres, takut, gelisah, dan lain-lain. Semua kata sifat ini, bisa dikategorikan sebagai oase yang mengalami kekeringan. Oleh karena itu, Yesus menawarkan Diri menjadi oase yang melegakan, sekaligus melenyapkan dahaga.
Dalam kehidupan sehari-hari, oase batin kita kadang mengalami kekeringan yang berkepanjangan. Selama masa pandemi Covid-19, rasa cemas, gelisah, takut, dan lain-lain menggelapkan nurani. Apa yang bisa diharapkan dari situasi demikian? Apakah Yesus akan datang secara langsung untuk membantu? Tindakan-tindakan lahiriah mungkin tak lagi terlihat, seperti halnya mujizat-mujizat yang dibuat Yesus semasa Ia hidup. Akan tetapi, resonansi dari testimoni baik yang dibuat Yesus masih tetap dihidupi oleh orang-orang zaman sekarang.
Kehadiran Yesus tentu hadir melalui pribadi-pribadi di sekitar kita. Ketika hadir dalam pribadi di sekitar kita, maka bekal kita tentulah soal keyakinan. Jika kita lebih banyak pesimis, otomatis perjuangan bersama untuk keluar dari "kekeringan berkepanjangan" akibat pandemi virus corona akan hanya sebatas cerita. Yesus memberi pesan energik: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi!" Kata-kata ini mempunyai kekuatan yang membangun. Artinya, ketika keyakinan kita terhadap sesuatu yang kita imani bertambah, kita akan mendapatkannya segera. Akan tetapi, ketika rasa pesimis lebih menguasai kita, maka rasa lapar dan haus akan terus menjadi jalur yang disetapaki. Mari, datang lalu percaya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H