IPTEK mengendorkan sistem kerja moral dan etik. Kehidupan yang serba di-IPTEK-i ini, tentunya membantu menusia menuju sebuah societas yang makmur -- paling tidak ditemui dan dirasakan sebagian orang di negara-negara IPTEK dipuja.
Kita boleh menyebut abad ini dengan sebutan abad kemenangan dan kejayaan teknologi. Bukan hanya teknologi, kemajuan ilmu pengetahuan juga semakin memperpendek indra kita untuk menilai.Dengan mudah orang meramal dan bahkan mendeteksi sesuatu yang masih ada dalam kepompong. Dengan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan orang bisa dengan mudah menolong mereka yang tertimpa bencana, menjadi yang pertama untuk medistribusikan kejadian-kejadian yang sulit dijangkau dan bahkan menjadi penemu dunia baru, jika bumi menua.
IPTEK, seolah-olah menjadi semacam mesias-mesias modern yang mewartakan eskatologi profetik era modern. Akan tetapi, benarkah teknologi sudah mampu memenuhi kebutuhan manusia sehingga ia dijuluki si penyelamat dunia? Benarkah uji coba nuklir dan rudal di negara-negara maju merupakan ciri profetik eskatologis modern? Â Â
Â
Arti Sejarah Keselamatan
Hanya dalam upaya memahami sejarah keselamatan, kita mampu memahami refleksi iman bangsa Israel yang direkam dan sekarang telah dibukukan (Kitab Suci). Bila kita menoleh ke Perjanjian Lama, Allah tidak memilih Israel sebagai milik-Nya dengan maksud agar Ia hanya memperhatikan Israel sendiri dan mengabaikan yang lainnya. Allah memilih Israel dan menggunakannya bagi pelayanan.
Hal serupa bisa kita jumpai ketika memandang Kristus dan Gereja. Pelbagai gambaran dalam Kitab Suci pada dasarnya memiliki makna yang sama dan mau melambangkan kebersamaan itu. Gambaran Paskah yang terpenuhi dalam rahasia wafat dan kebangkitan dalam Perjanjian Baru, gambaran eksodus, keluar dari kebiasaan dan potret pembebasan dari perbudakan. Arti sejarah keselamatan tentunya memiliki satu visi, yakni menjadi anak-anak Allah dan memperoleh hidup yang kekal. Â Â
Sejarah yang Terlampau Rahasia
Rahasia bangsa Israel dan rahasia Gereja sama-sama mengajarkan kepada kita bahwa Allah hanya bisa mendekati manusia melalui sesamanya. Allah ingin membangun arti sejarah dalam pelayanan kita satu sama lain. Kita tidak selalu dan setiap saat bisa merefleksikan secara tuntas, mengapa pelayanan itu harus dilakukan sekarang ini persis di dunia ini. Kita memang tidak bisa memahami arti sejarah yang sejatinya menyimpan banyak rahasia.
Kita juga tidak bisa mengharapkan lebih banyak daripada mengetahui dalam iman bahwa dengan menjadi orang Kristen, kita menyatakan kerelaan untuk mengabdi orang lain. Semuanya ini menunjukkan bahwa hidup Kristiani selalu dan pada tempat yang pertama berarti membiarkan diri dibebaskan dari akusentrisme diri yang hanya hidup bagi diri sendiri dan mengarahkan diri ke dalam orientasi dasar yang diwarnai oleh keprihatinan satu sama lain. potret ini, juga dalam kemasan visi -- untuk sebuah harapan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H