Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Idul Adha: Dua Kurban, Satu Harapan

20 Juli 2021   19:28 Diperbarui: 20 Juli 2021   19:35 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hewan kurban saat Hari Raya Idul Adha. Foto: semangatnews.com.

Keyakinan dan keberimanan kita selalu diuji setiap saat. Dalam keadaan yang terjepit sekalipun, cobaan itu seringkali datang menghimpit. Ketika cobaan itu hadir, kita pun ditantang. Kisah Nabi Ibrahim (Kristen: Abraham) mempersembahkan putranya kepada Allah adalah pengingat kualitas kesaksian hidup kita sebagai orang beriman. Ada Isma'il dan Ishak.

Nabi Ibrahim berkomitmen pada kehendak Allah. Ia patuh. Ia bahkan rela mempersembahkan putranya hanya demi relasinya yang intim dengan Allah. Relasi itu dibangun dengan sebuah komitmen yang tegas -- taat kepada kehendak Allah. Dengan ketaatannya, Nabi Ibrahim sejatinya tengah membangun sebuah pedomaan berelasi, terutama relasi vertikal antara Allah dan manusia juga manusia dan sesama (horisontal).

Hal terberat yang mungkin lahir sebagai sebuah pertanyaan ketika berbicara mengenai ketaatan pada Allah adalah: "Kenapa Allah justru menginginkan apa yang menjadi milik kesayanganku sebagai kurban?" Di akhir try out keberimanan ini, Allah memberi apresiasi atas ketaatan iman Nabi Ibrahim. Meski Isma'il putranya diminta oleh Allah sebagai kurban, Nabi Ibrahim tetap tegar. Ia tak sedikipun mengurangi kualitas keberimanannya kepada Allah. Ketika Allah melihat kesetiaan Nabi Ibrahim, Allah pun menaruh berbelas kasih. Inilah berkat yang diterima dari wujud kesetiaan Nabi Ibrahim kepada Allah.

Dalam teks Alkitab, kisah Abraham juga mendapat perhatian penuh. Kisah tentang Abraham yang mempersembahkan Ishak dilukiskan olek teks Kejadian. "Allah mencoba  Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan. Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu" (Kejadian 22:1-3).

Abraham yang kemudian diimani sebagai Bapa Bangsa akhirnya dianugerahi berkat yang berlimpah. Ketaatannya kepada kehendak Allah membawa banyak berkat bagi ia dan segala keturunannya. Ketaatannya untuk mengurbankan Ishak putra tunggalnya membuka kran belas kasih dari Allah sendiri pada nasib keturunannya ke depan. Abraham kemudian menggantikan kurban itu dengan seekor domba. Ia tetap menghormati perjumpaan dengan Allah dengan mempersembahkan kurban.

Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah yang dirayakan oleh kaum Muslim pada hari ini tentunya mengingatkan semua orang tentang tiga hal, yakni ketaatan, berkurban, dan berbagi. Ketiga hal ini sejatinya disatukan dalam satu bingkai refleksi komunal, yakni soal kesaksian hidup. Kesaksian hidup akan lebih bermakna jika kita mampu hidup taat, mau berkorban, dan berbagi. Dan, di masa pandemi Covid-19 ini, tiga hal ini menjadi kekuatan bersama.

Selama masa pandemi ini, kita dituntut untuk menaati semua protokol kesehatan yang dianjurkan. Meski upaya ini tidak mudah untuk dijalankan, akan tetapi, hal yang mungkin bisa dilakukan adalah berusaha untuk memulai. Nabi Ibrahim atau Abraham justru mengajarkan sikap taat ini ketika bangunan imannya diuji oleh Allah. Ia berani memulai karena ia yakin dan percaya bahwa ada berkat yang ia terima dari upayanya menaati kehendak Allah.

Selain menyekolahkan sikap taat, di masa pandemi ini, kita juga dituntut untuk mau berkorban. Ketika Nabi Ibrahim diminta berkorban, ia justru memberikan kurban yang paling berharga dalam hidupnya. Ia mempersembahkan Isma'il. Ketika Isma'il hendak dijadikan kurban, Nabi Ibrahim tak pernah mengeluh. Ketika ia ikhlas, belas kasih Allah justru hadir di sana. Hal yang sama dituntut dalam kehidupan kita di masa pandemi ini adalah kemauan untuk berkorban. Mungkin tidak berupa materi, tetapi cukup dengan mendukung upaya bersama dalam mengatasi wabah virus corona.

Hal yang terakhir adalah berbagi. Di masa pandemi ini, ada begitu banyak orang yang dicekik secara ekonomi. Wabah PHK dan pengangguran saling kejar dari hari ke hari. Maka, tak berlebihan jika kita menambat refleksi kita pada upaya berbagi. Tak hanya refleksi tetapi lebih ke kesaksian hidup. 

Perayaan Idul Adha atau Idul Qurban, dalam hal ini mengajarkan bagaimana rahmat yang diterima berkat kesetiaan pada kehendak Allah dibagikan kepada orang lain. Jika kita masih diberi rezeki oleh Allah di masa cobaan ini, mari kita menuangkan rezeki itu kepada sesama tetes demi tetes.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun