Organisasi Ikhwanul Muslimin atau Muslim Brotherhood didirikan pada bulan Maret 1928. Gerakan Ikhwanul Muslimin merupakan gerakan yang dinamis dan fleksibel -- di manapun Ikhwanul Muslimin berada, ia tidak hanya hadir sebagai organisasi Islam semata.
Ikhwanul Muslimin diadopsi dan dipakai oleh sangat banyak tokoh dan organisasi Islam lainnya. Kekhasan dari gerakan Ikhwanul Muslimin ini adalah memunculkan pergerakan masa yang sangat teratur dengan berbagai variasi bentuknya. Organisasi Ikhwanul Muslimin sendiri adalah sebuah organisasi pergerakan Islam kontemporer yang paling masif. Organisasi ini tersebar luas, tidak hanya di Timur Tengah, tetapi menjadi sebuah gerakan suprateritorial. Organisasi ini menyeru untuk kembali kepada Islam sebagaimana terdapat dalam Al-Quran dan al-Sunnah -- mengajak untuk menerapkan syari'at Islam dalam realitas kehidupan, mengembalikan kejayaan Islam dan berdiri menentang arus sekularisasi di kawasan Arab dan dunia (Fathi Yakan).
Dalam anggaran dasar Ikhwanul Muslimin disebutkan bahwa tujuan gerakan atau organisasi ini adalah melakukan dakwah Islam yang benar, menyatukan umat Islam, menjaga kekayaan negara demi menyejahterakan rakyat, meningkatkan keadilan sosial dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Tujuan Ikhwanul Muslimin yang lain adalah membebaskan seluruh negeri Arab  dan Islam dari kekuasaan asing, mendorong menghidupkan Liga Arab dan Pan Islamisme (Khilafah Islamiyyah), membentuk negara yang melaksanakan semua hukum dan ajaran Islam seutuhnya, mendukung kerja sama internasional untuk melindungi hak dan kebebasan serta berpartisipasi dalam menciptakan perdamaian dan mengembangkan peradaban manusia yang baru. Organisasi ini, juga memiliki nizham khas, sebuah kesatuan bersenjata rahasia yang memiliki militansi dan keahlian tempur yang sangat tinggi.
Oleh kerena itu, Ikhwanul Muslimin berkembang menjadi kekuatan oposisi utama dari partai politik yang berkuasa, serta menjadi penentang utama kebijakan-kebijakan sekular yang dianut oleh para penguasa Mesir. Ikhwanul Muslimin juga menjadi kekuatan politik utama dalam perjuangan melawan kolonialisme Inggris maupun melawan Israel. Aktivitas Ikhwanul Muslimin terus berjalan secara diam-diam; dan politiknya sangat berpengaruh. Hingga saat ini, organisasi ini tetap eksis meskipun beberapa kali dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang. Ikhwanul Muslimin tertanam kuat di negeri-negeri Arab dan sekitar Mesir.
Adapun doktrin Ikhwanul Muslimin antara lain 1) Allah sebagai tujuan, 2) Rasullulah SAW sebagai suri teladan, 3) Al-Quran dasar ajarannya, 4) jihad sebagai sebuah perjuangan dan 5) mati di jalan Allah merupakan cita-cita luhur. Latar belakang lahirnya organisasi Ikhwanul Muslimin adalah sebuah bentuk protes rakyat terhadap pemerintah Mesir yang tengah berkonco dengan pemerintah kolonial.
Mesir modern mengalami pergulatan sosial-politik setelah reformasi tahun 1919. Mesir berkali-kali mengalami pergantian rezim, hingga pemerintah kolonial Inggris mendirikan pemerintahan boneka sebagai sarana untuk mengeksploitasi sumber daya alam (SDA) Mesir demi kepentingan kaum kapitalis. Pemisahan antara kekuasaan negara dan agama menjadi profil awal merebaknya sekularisasi.
Ikhwanul Muslimin mengajak semua umat Islam menyambut seruan untuk kembali kepada Islam sebagai pengganti ideologi yang diimpor dari Barat. Segala sistem yang tidak Islami akan menjadi target dakwah Ikhwanul Muslimin. Oleh karena itu, segala upaya untuk menjauhkan atau memisahkan Islam dari salah satu aspek kehidupan umat, akan ditentang oleh Ikhwanul Muslimin. Dengan demikian, gagasan sekularisasi menjadi salah satu musuh utama gerakan ini. Negara yang benar menurut Ikhwanul Muslimin adalah negara Islam, dengan pemimpin ideal seorang khalifah dan syari'at Islam sebagai hukum. Para tokoh Ikhwanul Muslimin berpandangan bahwa Islam adalah agama sekaligus negara. Islam memiliki konsep sosial dan politik tersendiri yang harus ditegakkan oleh umat Muslim.
Al-Banna sendiri mengatakan bahwa seorang muslim yang mengabaikan kondisi umat yang rusak dengan menyibukan diri dengan beribadah, menyerahkan urusan dunia dan politik kepada pendosa, sesungguhnya bukanlah seorang Muslim karena hakekat Islam adalah jihad, kerja keras, agama dan negara. Dalam "Prinsip Islam", agama Islam dilihat sebagai tata aturan yang lengkap. Islam adalah negara dan bangsa, pemerintahan dan masyarakat. Negara dalam kaca mata Islam ditegakkan atas dasar ideologi tunggal, yakni Islam.
Akan tetapi, prinsip kemajuan IPTEKS memaksa siapa saja untuk menanggalkan simbol-simbol keagamaan. Agama dilihat sebagai penghalang kemajuan atau penjara kreativitas manusia. Untuk mencapai tawaran kemajuan yang dibawa pemerintah kolonial, para penguasa Mesir akhirnya tunduk dan mulai mengimpor gagasan-gagasan materialis Hegel dan Marx. Kehidupan agama Islam menjadi redup. Kehadiran Ikhwanul Muslimin menjadi lentera untuk menyalakan kembali sumbu ke-Islaman di Mesir yang mulai diserang ideologi sekularisasi Barat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H