Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tekstur Feminisme dalam Kitab Suci

2 Juli 2021   21:29 Diperbarui: 2 Juli 2021   21:49 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebebasan peran perempuan. Foto: dosensosiologi.com.

Dalam studinya tentang gender -- The Second Sex (1949) -- Simone de Beauvoir menampilkan sebuah kisah penciptaan perempuan dalam Kitab Kejadian sebagai sebuah teks utama. Teks ini, dilihat sebagai serpihan cara berpikir orang Barat mengenai relasi yang tidak terbendungi antara perempuan dan laki-laki. Beauvoir menulis:

"Eva kadang tidak terlalu modis seperti laki-laki. Dia bukan merupakan penjelmaan dari substansi yang berbeda, juga tidak dari tanah liat yang sama yang dipakai untuk menciptakan Adam. Eva diambil dari tulang rusuk manusia pertama. Allah tidak secara spontan memilih untuk menciptakannya sebagai ujung dari dirinya sendiri.......ia ditakdirkan Allah untuk laki-laki. Ia dipersiapkan untuk menjadi penolong Adam dalam kesepian; pasangannya yang asli dan dalam ketertujuannya, dia adalah pelengkap laki-laki dalam hal yang tidak esensial."

Klaim terkenal Beauvoir bahwa "seseorang tidak dilahirkan, melainkan menjadi, tepatnya menjadi  seorang wanita." Pernyataan ini merupakan formulasi yang sangat mendasar untuk definisi "gender" dalam strata sosial. Kelahiran Eva tidak berarti peristiwa alam, tidak bersal dari pengandaian budaya mengenai status dan peran perempuan.

Eva sebetulnya dibentuk oleh Allah untuk mendampingi Adam. Beauvoir, dalam hal ini tidak mencurahkan banyak perhatian pada Alkitab. Ia justru membaca Kitab Kejadian karena memiliki dampak yang signifikan bagi para ahli Kitab Suci, terutama mengenai kritik kaum feminis atas Kitab Suci itu sendiri. Phyllis Trible, pembaca Beauvoir mengkritik perkataan Beauvoir atas teks Alkitab yang ditulisnya. Untuk lebih tepat, ia menawarkan sebuah kritik atas pendekatan Kitab Suci.

Apa yang pembaca sebelumnya telah diabaikan untuk memperhitungkan adanya perbedaan pembacaan pada Penafsiran Alkitab (1973). Phyllis Trible menyarankan gerakan feminis bahwa mereka sebetulnya keliru ketika menolak Alkitab sebagai sesuatu yang tidak jelas karena memperbudak. Kitab Kejadian 1:27, versi para imam -- Allah dan Retorika Seksualitas (1978) -- menafsirkan paralelisme antara frase "pada gambar Allah" dan "pria dan wanita" (bdk. Kejadian 1:27) sebagai korespondensi semantik antara elemen yang kurang dikenal dan elemen yang lebih dikenal.

Trible mengklaim apa yang diucapkan Beauvoir tentang kisah penciptaan dilihat dari Kitab Kejadian 2. Dia usaha untuk menolak gagasan bahwa Allah menciptakan manusia pertama dan menunjukkan bahwa bahkan jika ini terjadi, itu tidak tidak selalu berarti keunggulannya ketika berjumpa empat mata dengan wanita. Mengandalkan fakta ha-adam, istilah Ibrani umum yang berarti "manusia," ia menyarankan bahwa bukan pria yang dibuat dalam Kitab Kejadian 2:7, melainkan dibedakan seksual "makhluk bumi" (dari adamah: bumi). Seksualitas manusia dalam hal ini diciptakan hanya dalam Kejadian 2:22-23, yakni ketika Allah "berkuasa atas makhluk bumi ini, untuk menghasilkan pendamping."

Ketika berhadapan dengan bahan dari mana wanita itu dibuat, Trible, tidak seperti Beauvoir, melihat bangunan Allah dari wanita yang berasal dari tulang rusuk itu sebagai tandanya keunikan (dimana Adam dan semua makhluk hidup lainnya terbuat dari debu). Menurutnya, menilai penciptaan perempuan sangatlah kompleks. Untuk itu, Trible menyimpulkan bahwa "wanita tidak lemah, mungil, makhluk fana, tidak ada yang berlawanan seks, tidak ada seks kedua, tidak ada seks berasal" -- tulang rusuk Adam. Singkatnya, tidak ada. Sebaliknya, wanita adalah puncak dari penciptaan -- pemenuhan sexualitas manusia (Adam).

Dalam pergolakan selanjutnya muncul Sarah Grimk'e, yang menulis pada 1838. Ia menulis demikian: "Pria dan wanita diciptakan sama." Akan tetapi, ada beberapa model kritikan yang muncul karena adanya beberapa pengandaian yang konservatif. Elizabeth Schussler Fiorenza misalnya dalam bukunya In Memory Her (1983) menawarkan kritik. Menurutnya, Trible kurang perhatian terhadap unsur patriarki yang dicap dari teks Alkitab. Unsur patrialkal kurang disentuh dalam pengandaian Trible. Hal ini justru membuat pola pemahaman terhadap distingsi antara perempuan sangat berpengaruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun