Kisah Rut -- seorang perempuan Moab yang ditinggalkan suaminya -- adalah sebuah plot yang menggambarkan bahwa betapa kehadiran "pihak asing" dalam sejarah keselamatan amatlah penting. Kehadiran Rut dalam alur sejarah keselamatan telah menyumbangkan suatu strategi tertentu untuk kelanggengan sebuah keturunan. Rut -- atas dasar inisitif sendiri (bdk. Rut 1,16) -- mengubah haluannya untuk mengabdi Allah asing, yakni Yahwe, Allah orang Israel. Rut adalah seorang perempuan Moab. Ia menikah dengan anak Naomi bernama Kilyon (Rut 1,5). Ia bersama perempuan Moab lainnya, yakni Orpa -- menikah dengan anak Naomi bernama Mahlon -- yang adalah juga orang asing di daerah Moab (Rut 1,1).
Menariknya, Rut -- ketika tiba waktunya Naomi harus kembali ke Betlehem (Rut 1,19) -- malah memilih untuk pergi bersama Naomi. Ia tidak sejalan dengan keputusan yang diambil Orpa. Tindakan Rut untuk mengambil sebuah langkah baru adalah sebuah strategi penyelamatan yang mirip dengan apa yang terjadi dengan Lot (Kej 19,30-38). Dalam kisah Lot dan anak-anaknya, hubungan sexual yang terlarang (incest) pun tak terelakkan. Agar keturunan Israel -- populasi bangsa tetap eksis -- kedua putri Lot dengan sengaja bersetubuh dengannya. Strategi ini adalah strategi penyelamatan. Semuanya ini dilakukan demi eksisnya keturunan. Strategi penyelamatan Lot tentunya mirip dengan strategi Naomi menggunakan Rut sebagai sarana penyelamat keturunan serta membebaskan keturunannya dari bencana kelaparan.
Yang menjadi sesuatu yang problematis di sini adalah mengenai kesadaran Boas untuk memperistri janda muda, yakni Rut. Boas sangat memahami hukum tentang perkawinan -- memperistri, dari keturunan siapa, dll. Boas tahu bahwa Rut adalah perempuan asing. Dengan lantang Rut memberi semacam introduksi kepada Boas demikian, "Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu (Boas), sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?" (Rut 2,10). Rut sadar bahwa ia adalah seorang asing dan menjadi warga yang sama sekali baru di daerah Betlehem. Di sini betapa Rut menjadi "penyelamat" keturunan Israel futuris. Bahkan Rut diistimewakan dalam skala pertemuan yang begitu singkat (Rut 2,14-17). Pertanyaannya, mengapa Allah -- jika Allah yang merencanakan semuanya -- menggunakan orang asing dalam proses penyelamatan keturunan bangsa pilihan-Nya? Di manakah keturunan yang lain -- saat itu -- sehingga dipakai adalah strategi the stranger? Adakah implikasi di masa depan? Â Â
Orang Asing dalam Pemahaman
Orang asing adalah pendatang baru (newcomer) dalam sebuah kelompok atau perkumpulan tertentu. Menurut Georg Simmel (1908), orang asing (the stranger) dibahasakan demikian, "Orang yang datang hari ini dan menetap untuk selanjutnya merupakan seorang pengembara yang potensial.......tidak sungguh-sungguh merasa bebas untuk datang dan pergi. Ia akan singgah sebentar. Meskipun dia tidak diingatkan sesuai dengan keadaan, ia tetap masuk dalam hitungan orang luar".
Dalam penjelasannya, Simmel mengelompokkan pembahasan orang asing dalam tiga kategori, yakni orang asing sebagai pendatang, orang asing sebagai mereka yang terpinggirkan -- sering disetarakan dengan istilah pengungsi dan orang asing sekaligus pendatang baru. Sedangkan Alfred Schuetz (1944), mendefinisikan orang asing sebagai seorang individu yang dalam waktu dan peradaban tertentu berusaha secara permanen diterima atau setidaknya ditolerir oleh orang-orang yang tengah didekatinya. Menurutnya, ilustrasi mengenai orang asing sangat erat kaitannya dengan pendatang (immigrant).
Berbagai pendapat para sosiolog di atas akan memberi sebuah kerangka pemahaman mengenai orang asing secara otonom dalam konteks sosial bermasyarakat. Dari opini Simmel dan Alfred Schuetz, dapat disimpulkan bahwa orang asing sering disinkronkan dengan istilah pendatang. Penguatan kata pendatang (immigrant) -- di mana sebelumnya dikemukakan Simmel dalam esainya "The Stranger"Â -- akhirnya mendapat penjustifikasian oleh Schuetz.
Dalam rekaman sejarah iman orang Israel (Kitab Suci) gambaran tentang orang asing juga mendapat perhatian khusus. Selain Rut, tema orang asing juga muncul dalam kisah Sodom (Kej 19,1-38). Dua orang asing dalam kisah Sodom lebih mengilustrasikan gambaran orang asing sebagai orang baru (newcomer) bukan pendatang. Rut termasuk pendatang (immigrant).
Pembedaan ini diketahui dari durasi waktu menetap (Simmel, 1908) -- pendatang akan menetap dengan waktu yang cukup lama dan mempunyai orientasi masa depan di tempat barunya itu; sedangkan orang baru hanya akan menetap dalam durasi waktu yang sangat singkat dan kadang hanya untuk melakukan proyek tertentu. Kiranya kisah tentang kehadiran Rut sebagai pihak asing, namun disebut sebagai survivor atau peselamat dapat ditinjau dari perbedaan istilah yang memboncengi kata orang asing di atas, yakni pendatang dan orang baru.
Orang Asing dalam Kitab SuciÂ
Dalam rekaman sejarah iman orang Israel perintah untuk memperlakukan orang asing juga tergambar jelas dalam kitab berisi hukum (Imamat). Di sana dijelaskan dengan gamblang dan mendetail mengenai kasih terhadap orang asing. "Apabila seorang asing tinggal padamu, janganlah kamu menindas dia" (Im 19,33). Rujukan ini dipakai selanjutnya dalam kisah Rut yang jelas-jelas orang asing. Akan tetapi, siapakah orang asing yang dimaksudkan teks Imamat ini belum mendapat penjelasan detail.