Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cara Manusia Berada Menurut Gabriel Marcel

10 Juni 2021   21:51 Diperbarui: 10 Juni 2021   21:57 1762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku dan eksistensiku. Foto: Dok. Pribadi Kristianto Naku.

Gabriel Marcel adalah seorang filosof yang suka bergolak dengan harapan. Ia memiliki pandangan yang positif tentang isu yang sensitif, salah satunya adalah tentang Ada/Tuhan. Di tengah berbagai filsuf yang mengkritik konsep Ada/Tuhan, Gabriel Marcel hadir dengan pemaknaan rasional tentang Ada/Tuhan, sehingga manusia semakin terbantu untuk mentransendensi diri menuju ke Ada/Tuhan. Ia mampu memberikan harapan bagi manusia untuk dapat mencari pemaknaan dari Ada/Tuhan yang dapat dimengerti lewat rasionalitas.

Gabriel Marcel memakai pola relasi cinta untuk menunjukkan hubungan antara Ada/Tuhan dan manusia, begitu juga antara manusia dan manusia. Menurutnya, Ada/Tuhan ada dalam kaitan dengan sesama yang mengada di dalam eksistensi. Ia mampu menunjukkan tiga metode filosofis untuk mencapai Ada/Tuhan, yaitu admiration, reflection, dan exploration. Baginya, manusia berusaha menemukan jejak Ada dalam kehidupan harian, sehingga eksistensi manusia dapat mencapai suatu esensi yang mengubah dan menggerakkan.

Selain dikenal sebagai seorang filosof, Gabriel Marcel juga dikenal sebagai pemain drama. Baginya, drama dan filsafat adalah dua hal yang tak terpisah, tetapi saling membantu. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu memahami jati diri manusia. Drama membantu manusia semakin mengenal diri dari dunia nyata dan menengahi ruang antara pemikiran dan pengalaman konkret. Sedangkan filsafat membantu manusia memahami jati dirinya dengan rasio dan bertanya secara kritis.   

Cara pendekatan Gabriel Marcel adalah "dari pemikiran menuju kehidupan dengan usaha untuk menerangi kehidupan itu." Penekanan timbal balik tersebut menghindarkan pemikiran Marcel dari dua ekstrim, yaitu rasionalisme dan empirisme. Titik tolak pemikiran Gabriel Marcel adalah eksistensialisme. Pada tahun 1925, sebelum eksistensialisme Sren Kierkegaard dikenal di Prancis, dan sebelum Martin Heidegger dan Karl Jaspers mengarang karyanya sehingga menjadi aliran eksistensialisme, Gabriel Marcel telah menulis artikel berjudul Existence et Objectivite (Eksistensi dan obyektivitas).

Eksistensi tidak lain merupakan situasi konkrit saya sebagai subjek di dunia. Hal yang khas dalam eksistensi adalah saya tidak eksplisit menyadari situasi saya. Walaupun saya memiliki rasionalitas, saya tidak paham seutuhnya tentang arti eksistensi saya di dunia. Arti eksistensi, menurutnya justru semakin tampak dalam perjumpaan dan pergaulan dengan sesama manusia. Dengan kata lain, eksistensi adalah lapangan pengalaman langsung, wilayah yang mendahului kesadaran, dan taraf hidup begitu saja. Maka dari itu, agar saya mampu memahami diri sepenuhnya, saya harus berjumpa dan bergaul dengan sesama sehingga saya sampai menjumpai atau setidaknya memahami Ada.

Peralihan tersebut meliputi dalam tiga fase: admiration-sentio-exister (bereksistensi), reflexion-cogito-avoir (mempunyai), dan exploration-credo-etre (Ada). 

Pertama, bereksistensi-kekaguman (admiration-sentio-exister). Kekaguman dalam hal ini secara otomatis menolak kesangsian metodis milik Rene Descartes dan setuju dengan pemikiran Aristoteles dan Plato berkaitan dengan 'filsafat yang bermula dari keheranan.' Awal dari filsafat dimulai dengan rasa heran dan kagum tentang eksistensi diri, kenyataan, dan inkarnasi (makhluk bertubuh yang terjalin dengan kosmos). Syarat utama dari model ini adalah keterbukaan dan kerendahan hati.

Kedua, mempunyai-refleksi (reflexion-cogito-avoir). Kekaguman saja, menurut Marcel belum menunjukkan taraf filsafat. Refleksi merupakan suatu fase hakiki dalam filsafat. Dalam tahap ini, dibedakan dua kerangka refleksi. Tahap pertama adalah fase refleksi menggunakan ilmu pengetahuan (kognitif), yaitu abstraksi, analisis, objektif, universal, dan dapat diverifikasi. Adapun tahap kedua adalah fase refleksi dengan nuansa recueillement. Hal ini sulit diterjemahkan, tetapi mempunyai maksud semacam "permenungan" dan "mawas diri" (Inggris: recollection). Hanya dengan jalan filsafat tersebut, saya dapat mencapai Ada yang sebenarnya, yang tetap tersembunyi bagi "pemikiran obyektif."

Ketiga, Ada-eksplorasi (exploration-credo-etre). Pada tahap ini, Gabriel Marcel mempunyai pemikiran bahwa saya mengambil bagian dalam Ada. Dalam realitas ini, saya sungguh menyadari eksistensi sebagai refleksi "recueillement" yang hadir dalam diri saya. Oleh karena itu, saya mampu mengeksplorasi pemikiran tersebut kepada sesama. Implikasinya adalah saya dapat melihat Ada (Etre) dalam sesama dan menghargai  Ada (Etre) yang ada tersebut sama seperti yang saya miliki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun