Pasca Lebaran, tingkat kewaspadaan tetap siaga satu. Peningkatan kewaspadaan ini disiasati mengingat arus balik menunggu dikerumun. Perang melawan pandemi sejatinya tak pernah usai. Di beberapa titik pos penjagaan keluar-masuk transportasi umum, patroli pencegahan Covid-19 diperketat dan dipalu tegas. Komitmen ini, tidak lain menjadi langkah ekstra bersama dalam memerangi peta kemunculan kluster baru pasca mudik.
Kluster arus balik memang bisa saja menjadi pemicu lonjaknya angka baru pasien positif Covid-19. Akan tetapi, dengan langkah yang predikitif, proaktif, dan sinergi yang akurat, rasa optimis dalam memerangi lonjakan pasien baru mampu diterapkan secara baik. Untuk saat ini, jajaran Polda Metro Jaya tengah menyiapkan langkah-langkah prediktif-responsibel dalam memerangi pandemi. Strategi yang diupayakan untuk saat ini, antara lain menyambangi rumah-rumah pemudik yang sudah kembali ke wilayah Jakarta.
Strategi ini -- menyambangi rumah para pemudik -- tentunya bisa berjalan dengan baik jika para pemudik koopratif. Jika tidak, strategi ini akan berhenti di usaha sepihak dari mereka yang bertugas mengamankan warga. Tindakan koopratif biasanya membantu ruang gerak pendataan, pelacakan, dan pemeriksaan secara intensif untuk setiap warga yang baru saja pulang mudik. Tindakan kooperatif ini, juga akan membantu para petugas medis dalam meringankan beban kerja selama masa pandemi ini.
Selain mendatangi rumah-rumah pemudik, upaya pencegahan juga dioptimalkan di beberapa titik masuk wilayah. Di beberapa kota, misalnya perlu mewajibkan para pengendara atau penumpang yang hendak masuk ke wilayah, kota, atau provinsi tententu dengan menyertakan hasil tes bebas Covid-19. Surat keterangan ini dijadikan tiket pulang yang higenis dan safety, baik bagi para pemudik sendiri maupun orang-orang sekitar dimana para pemudik bermukim.
Dalam hal ini, pengawasan intensif adalah solusi bermanfaat bagi proses penanganan pandemi Covid-19. Peningkatan pengawasan, pelacakan, dan pengecekkan membantu proses monitoring pasien tertular Covid-19 merambah ke orang-orang sekitar. Komitmen-komitmen klasik, hemat saya perlu dibawa serta. Strategi klasik, seperti menjauhi kerumunan, memakai masker, dan mencuci tangan, tetap wajib diterapkan di berbagai tempat. Jangan sekali-sekali menganggap-remeh penularan Covid-19. Ingat, peristiwa yang terjadi di India saat ini menjadi pelajaran berharga bagi semua warga dunia terkait pentingnya menjaga protokol kesehatan.
Cara-cara menjaga diri dan lingkungan sekitar dari cengkraman Covid-19 memang mudah dilakukan. Cukup dengan menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Akan tetapi, akhir-akhir ini anjuran ini seringkali dilalaikan oleh sebagian warga. Euforia kehadiran vaksin seolah-olah menyudahi perang bersama melawan pandemi Covid-19. Ditambah aksi ngotot dan tak terbendungi dari para pemudik yang nekat mudik saat Lebaran kemarin, memberi lampu kuning bagi upaya bersama melawan pandemi Covid-19.
Perang melawan Covid-19 belum dan mungkin tidak pasti akan berakhir kapan. Ketika vaksin datang dan semua warga hampir divaksin, berita lonjakan kasus baru masih didata. Hal ini berarti niat bersama itu perlu dijaga dan disepakati secara bersama pula. Jangan berhenti di niat, akan tetapi perlu juga diterapkan dalam praktik hidup sehari-hari. Jika kita lalai dan kecolongan untuk satu jenis protokol penanganan, katakanlah tidak memakai masker, hal ini justru akan membuka peluang besar bagi tata kelola penanganan wabah secara nasional.
Tindakan satu orang bisa memicu pergolakan secara nasional. Tindakan satu orang bisa saja membuat keluarga atau sahabat kenalan kita terkapar lemas di rumah sakit. Tetap jaga diri dan lingkungan sekitar dengan menaati protokol kesehatan. Lawan pandemi virus korona!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H