Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

KKB dan Minimnya Pengetahuan Sejarah Perjuangan Bangsa

29 April 2021   21:49 Diperbarui: 29 April 2021   21:59 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelompok sepratis kriminal bersenjata (KKB) di Papua. Foto: viva.co.id.

Kemerdekaan kita diraih bukan dengan debat semata. Alur menuju kemerdekaan telah menimbun banyak korban. Di ruas jalan menetapkan sejarah, melawan penjajah adalah usaha bersama yang digaungkan semenjak kita masih dijelajah Balanda dan Jepang. Ketika semua memegang prinsip menuju Indonesia merdeka, sejak itu, kolonialisme itu sudah tiada. Akan tetapi, Bung Karno tetap mengingatkan kita: "Suatu saat kita akan kewalahan mengamankan negara yang sudah mereka."

Ada lagi kelompok yang akhir-akhir ini mengobrak-abrik kemerdekaan. Kelompok kriminal bersenjata (KKB) hadir dengan golok dan senjata laras panjang. Mereka bermanuver melawan siapa sebetulnya? Mereka sejatinya menempatkan diri sebagai musuh negara. Mereka selalu merasa menjadi korban dan merasa dimusuhi. Intensi mereka tak jelas. Akan tetapi, aksi mereka melar hingga ke kampung-kampung. Banyak warga negara yang tak bisa mengatur nafas dengan tenang. Aksi KKB, kini menciptakan teror mengerikan di ujung Timur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini.

"Oleh karena itu, saya perintahkan kepada semua anggota satgas yang bertugas untuk melakukan pengejaran terhadap KKB yang ada di Papua, terus berjuang, dan negara tidak boleh kalah," kata Kapolri Jenderal Lystio Sigit Prabowo. Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Presiden Joko Widodo: "Tidak ada tempat bagi kelompok separitis di negeri ini." Komitmen ini adalah tungkai harapan semua warga negara ini menuju cita-cita bersama, yakni keamanan dan kedamaian bersama. Dengan kata lain, kita inging menyekolahkan sekaligus menertibkan kemerdekaan.

Mendengar dan menyaksikan aksi KKB di negeri ini, sejatinya mengerutkan kening kejernihan berpikir. Di saat kemerdekaan digapai, kok masih ada sejumlah orang yang getol mempromosikan tumpah darah. Aksi KKB hingga saat ini sungguh telah di luar batas kemanusian dan kesabaran kita sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Ada kelompok yang menginginkan kemerdekaan atas alasan yang tak disentuh nalar. Apakah kebijakan otonomi khusus (otsus) untuk Papua tak menjembatani solusi? Apa dialog tak menyentuh sanubari?

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko bahkan menyebutkan bahwa tindakan KKB sudah tergolong aksi terorisme. Mereka mengintimidasi warga, membuat suasana lingkungan tak nyaman, menyebarkan ketakutan, dan yang paling sadis adalah menghabisi nyawa orang-orang yang tidak bersalah (the innocent people), seperti guru dan pelajar. Watak KKB, hemat saya sudah seperti kelompok barbar di lumbung limpah makanan. Aksi mereka seperti orang-orang yang tak menyentuh kesejahteraan dan menikmati atmosfer kemerdekaan.

Negara telah melakukan banyak upaya dan cara untuk mengheningkan suasana. Dialog sudah dimejakan, satu per satu tokoh-tokoh adat asli Papua digandeng untuk duduk bersama, konsep pemerataan pembangunan dicanang dan membumi, ketertinggalan disambangi. Akan tetapi, reaksi-reaksi yang anarkis tetap menetap di sanubari. Kira-kira siapa dalang di balik aksi orang-orang yang lahir dan hidup di tanah yang nayatanya sudah merdeka ini? Adakah sesuatu yang diinginkan secara khusus?

Negara tidak pernah berhenti mengawal skala penyelesaian. Semuanya diarahkan menuju bangsa yang benar-benar merdeka. Tidak hanya merdeka dari dan untuk, tetapi juga merdeka dengan mengalami suasana kemerdekaan yang sudah diperjuangkan 70-an tahun silam. Pertanyaannya adalah "Apakah KKB tak menyelami sejarah kemerdekaan bangsa sehingga mereka merasa belum sepenuhnya merdeka dan mengusahakan kemerdekaan sepihak?" Atau "Bagaimana KKB memahami kemerdekaan sejauh usia Indonesia menginjak angka 76 tahun?"

Jika kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua merasa belum merdeka, mari kita usahakan kemerdekaan untuk mereka dengan berdamai, dengan duduk bersama, dan menyudahi konflik. Menuju merdeka bukan pekerjaan mudah. Para pejuang kita memebebaskan tali pengungkung NKRI dari label jajahan selama berabad-abad. Sekolah tentang penyadaran akan perjuangan menuju kemerdekaan ini, hemat saya rupanya tak sepenuhnya dipahami oleh KKB. Sekolah sejarah harus menjadi terapi orientasi pemahaman yang baik untuk setiap generasi yang punya nyali abal-abal memerdekakan diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun