Teori mengenai nilai disebut axiology. Kita berbicara mengenai nilai karena tingkah laku manusia dipengaruhi dan berdasar pada tata nilai yang dimiliki dan diyakininya. Menurut R.S Naagarazan, nilai adalah suatu prinsip yang mempromosikan kebaikan dan menghindarkan kejahatan. Nilai membantu seseorang dalam menentukan pilihannya.
Secara filosofis, nilai terbagi menjadi dua, yakni nilai ekstrinsik (instrumental) dan nilai intrinsik. Nilai ekstrinsik adalah nilai yang diperoleh karena relasinya dengan sesuatu yang lain. Contohnya, uang bisa bermakna karena bisa dipakai sebagai alat tukar-menukar. Akan tetapi, dalam dirinya sendiri, uang tidak bernilai. Uang justru bernilai, ketika dipakai dalam relasi tukar-menukar. Sedangkan nilai intrinsik adalah nilai yang ada dalam dirinya sendiri, tanpa harus berelasi atau dikaitkan dengan yang lain.
Nilai ekstrinsik selalu ditakar dari unsur kegunaannya. Dengan demikian, nilai ekstrinsik selalu berubah-ubah, tergantung subjek, situasi, tempat, dll. Misalnya, sebuah komputer dinilai sangat tinggi di sebuah perusahaan IT. Akan tetapi, komputer yang sama akan dinilai rendah oleh seorang petani desa. Nilai intrinsik tidak berubah. Artinya nilai itu melekat pada suatu objek, hingga objek itu mati. Nilai intrinsik ini ada bukan karena diberikan oleh instansi atau pihak di luar dirinya, akan tetapi sudah ada sejak awal.
Manusia memiliki nilai intrinsik. Oleh karena memiliki nilai intrinsik, manusia tidak boleh menjadi alat atau instrumen untuk mencapai tujuan tertentu. Dari dirinya sendiri, manusia bernilai, tanpa harus menyematkan embel-embel tertentu ke dalam dirinya. Pengakuan akan nilai intrinsik inilah menjadi salah satu alasan mengapa manusia dilarang membunuh sesamanya. Nilai ekstrinsik manusia bisa berubah, misalnya dari dokter menjadi seorang pensiunan.
Secara ekstrinsik manusia berbeda (miskin, kaya), akan tetapi, secara intrinsik tetap sama. Nilai tidak bisa ditakar dari karakter berharga (lebih, cukup, dan tidak berharga). Misalnya, kasus menyelamatkan ibu hamil dan janin. Kriteria yang dipakai dalam kasus ini tidak boleh kriteria berharga atau tidak, karena keduanya memiliki nilai intrinsik yang sama.
Jadi, nilai intrinsik yang menyatu pada seorang manusia adalah unik. Keunikan inilah yang menjadikannya bernilai dan tidak bisa dijadikan instrumen atau alat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H