Jessica, 28 tahun, seorang dokter perempuan, belum menikah. Ia bertugas di sebuah rumah sakit swasta yang membebaninya dengan banyak tugas dalam suasana kerja yang penuh dengan tuntutan. Jessica dikenal sebagai perempuan yang berambisi dalam mencapai karier. Prestasi belajarnya semasa kuliah, selalu yang terbaik di universitas-nya.Â
Dia memiliki standar yang tinggi terhadap dirinya sendiri dan sangat kritis terhadap dirinya sendiri ketika ia tidak mampu mencapai standar yang dia inginkan bagi dirinya.Â
Akhir-akhir ini dia mengalami secara intens perasaan diri tidak berguna dan tidak berharga, akibat dari ketidakmampuannya mencapai target yang diinginkannya. Beberapa Minggu ini, Jessica sering merasa linglung dan kesulitan berkonsentrasi dalam menjalankan pekerjaannya.
Asisten-asistennya pun mengatakan bahwa Jessica menjadi orang yang mudah sekali tersinggung dan sering menyendiri -- sikap yang sama sekali berbeda dengan sikap ceria dan bersahabat yang selama ini dikenal oleh orang-orang di sekitarnya. Dia juga menjadi sering tidak masuk kerja dengan alasan sakit, padahal dia di rumah dia hanya bermalas-malasan dengan menonton TV.Â
Di rumah, Jessica selalu kesulitan tidur dan sering menangis sendirian. Ketika dia ditanya keluarganya tentang apa yang terjadi, dia hanya menjawab: "Semuanya baik-baik saja."Â
Meskipun tidak ada tanda-tanda upaya untuk melakukan tindakan bunuh diri, perasaan diri tidak berguna terus-menerus menyerang pikirannya, yang membuat dirinya merasa ingin mati saja. Dia merasa frustasi dengan dirinya sendiri, karena sebenarnya dia memiliki banyak alasan untuk menjadi bahagia, namun dia tidak merasa bahagia dengan hidupnya.
Rambu-rambu Proses Konseling
Dalam membedah problem yang dialami Jessica, sejatinya ada banyak teori psikologi yang mampu turun tangan. Akan tetapi, tidak semuanya bisa langsung membantu Jessica untuk keluar dari persoalannya. Multiteori psikologi hanya akan menjadi acuan atau sarana penunjuk bagi target yang mau dicapai dari sebuah proses penyelesaian persoalan.Â
Dalam sebuah konseling -- terutama ketika klien dan konselor membuat sebuah kesepakatan tertentu -- berbagai kaidah dan norma konseling wajib dipraktikkan.
Artinya dalam proses konseling, klien dan konselor harus memahami rambu-rambu encounter antarkeduanya. Dengan kata lain, target yang dicapai harus melalui sebuah mekanisme yang menunjang demi tercapainya proses konseling.Â
Maka, karakteristik penunjang kiranya menjadi perhatian -- baik oleh klien maupun oleh konselor. Faktor-faktor yang memengarui perubahan konseling, diantaranya adalah struktur, setting, kualitas klien, dan juga kualitas si konselor. Keempat hal ini menjadi basis prospek berhasilnya proses konseling.Â