Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Berlibur dalam Fantasi di Masa Pandemi

12 Maret 2021   22:11 Diperbarui: 12 Maret 2021   22:20 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“What is your fantasy?”, tanya tuan Roarke (Michael Pena) kepada para tamu yang berkunjung ke pulaunya. Roarke adalah pemilik Pulau Fantasi dalam film bertajuk “Fantasy Island” (2020). Fantasy Island adalah serial film horor yang berkisah tentang sekelompok muda-mudi yang berkunjung ke pulau tropis terpencil. Di pulau ini – Pulau Fantasi – kelompok muda-mudi ini diyakinkan bahwa fantasi yang mereka inginkan bakal menjadi kenyataan.

Hari-hari ini kita perlu memperbanyak fantasi. Kata fantasi sendiri berarti khayalan atau daya yang mampu menciptakan sesuatu dalam angan-angan. Dalam ruang fantasi ada begitu banyak keinginan yang hendak direngkuh. Muncul angan-angan, seperti jalan-jalan, nonton di bioskop, mengadakan acara keluarga, salat bersama, ekaristi bersama, ketemu teman-teman di kampus dan tempat kerja. Pokoknya banyaklah.

Di mana Pulau Fantasi itu untuk saat ini? Semua pulau sudah disinggahi tamu dari Wuhan, Cina. Tak ada lagi pulau yang benar-benar mampu mengembalikan masa lalu seperti halnya Pulau Fantasi yang diceritakan dalam film Fantasy Island. Semua pulau tidak luput dari lawatan Covid-19. Lalu, mau dicari di mana fantasi untuk saat ini?

"Fantasy is not expensive." Dalam catatan sejarah, ada begitu banyak orang yang sukses karena berfantasi. Bagi sebagian orang, fantasi adalah hiburan gratis. Saya boleh berkelana ke sana kemari dalam dunia fantasi saya, tanpa pernah merogoh kocek. Saya bisa berkolaborasi dengan siapa saja, makan apa saja, dan menikmati suasana apa saja sesuai keinginan saya.

Fantasi itu tepat untuk waktu saat ini. Di tengah ketakutan, kepanikan, kecemasan, dan teror yang luar biasa, satu-satunya hiburan yang bisa diakses adalah fantasi. Lalu, pertanyaannya adalah “Apa fantasimu?” Mungkin setiap orang memiliki jawaban yang berbeda-beda mengenai fantasi yang tengah diinginkan – terutama di masa pandemi ini.

Dalam film “Fantasy Island” karya Blumhouse Productions, setiap tamu yang datang mengunjungi Pulau Fantasi wajib menyampaikan fantasinya kepada tuan Roarke sebagai pemilik pulau. Jika diperhatikan dengan baik, setiap tamu yang menginginkan fantasinya justru berfantasi untuk memperbaiki masa lalu. Misalnya fantasi dari si Lucy Hale. Gadis ini justru ingin memperbaiki peristiwa yang terjadi di masa lampaunya dengan seorang perempuan bernama Portia Doubleday. Dalam fantasinya, Lucy Hale harus menghabisi Portia Doubleday. Ia ingin menikmati momen balas dendam dengan mushnya itu. Dan, di Pulau Fantasi, semuanya itu bisa didapatkan kembali.

Di tengah pandemi ini, kita juga mungkin tengah menginginkan fantasi yang sama, yakni memperbaiki yang sudah terjadi. Seperti halnya Lucy Hale, kita mungkin menginginkan agar masa-masa sebelum pandemi bisa direka ulang dan pelan-pelan dibenahi. Ada yang mungkin berfantasi coba Pemerintah Indonesia membuat kebijakan cepat dan tegas (cegas) di saat Covid-19 masih berkemas di Wuhan, Cina.

Untuk saat ini, anggaran untuk fantasi sangat murah. Akan tetapi, perlu diperbaiki konten fantasinya untuk saat ini. Mungkin tidak harus seperti Fantasy Island dengan menghadirkan masa lalu untuk diperbaiki. Fantasi untuk kali mungkin lebih ke masa yang akan datang. Apa yang harus saya persiapkan? Apa yang perlu saya buat usai pagebluk Covid-19 ini?

Menyalahkan masa lalu dan bernostalgia untuk sesuatu yang telah terjadi tentunya memakan bujet yang cukup besar. Dalam hal ini, kita mungkin akan kehabisan anggaran untuk memutar ulang peristiwa yang tidak mungkin mau dibujuk kembali. Maka, satu-satunya cara adalah mempersiapkan sesuatu yang akan datang. Untuk itu, pertanyaannya sekali lagi adalah “What is your fantasy?”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun