Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Minggu Prapaskah II: Menguji Kesetiaan, Memanen Kasih

28 Februari 2021   07:51 Diperbarui: 28 Februari 2021   09:38 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yesus mengalami peristiwa transfigurasi di Gunung Tabor. Foto: parokijetis.com.

Setelah melewati ujian di padang gurun, Yesus menemui Bapanya di Gunung Tabor. Di sana Ia mengalami transfigurasi -- memanen apresiasi dari Bapa atas keberhasilan ujian kesetiaan. Setelah menyelesaikan misi sulit di permulaan karya, Yesus membuat evaluasi, refleksi, dan meminta input dari Bapa terkait tugas selanjutnya: menobatkan dan dihukum mati.

Gereja bertahan sampai pada momen keberimanan hari ini, pertama-tama karena karakter kesetiaan yang dibangun oleh para Jemaat Kristen awal. Meski dikepung ancaman, ketakutan, dan kematian, para Jemaat Kristen awal teguh mengimani Kristus yang bangkit. Dari kesetiaan ini, lahirlah ungkapan cinta. "Inilah Anak-Ku terkasih, dengarkanlah Dia!" (Markus 9:7).

Kesetiaan itu mahal. Tidak semua orang bisa setia. Berhadapan dengan berbagai godaan, tantangan, ancaman, dan tawaran tertentu, kesetiaan dipakai sebagai alat uji kematangan iman -- apakah kita mampu bertahan pada komitmen atau malah ikut larut dalam bujukan godaan. Ketika Anda atau saya bisa setia, itu artinya satu tahap dalam mengupayakan kematangan diri dan iman sudah bisa dilewati dengan baik. Saya setia, maka saya pun mampu menghidupi apa yang menjadi tanggung jawab dan tugas yang dipercayakan kepada saya.

Minggu Prapaskah II ini, hemat saya berbicara mengenai ujian kesetiaan. Dalam bacaan I, kita mendengar bagaimana kesetiaan Abraham kepada Yahweh diuji dalam situasi yang sulit. Abraham, dalam kisahnya, diuji kesetiaannya untuk mempersembahkan anak satu-satunya kepada Allah (Kejadian 22:1-18). Fit and proper test dari Allah, dalam hal ini sangat berat. Allah tidak membuat kerangka ujian yang mudah dan biasa-biasa saja. Ia justru mengarah pada sebuah ketegasan pilihan dan keberanian memutuskan. Berhadapan dengan ujian dari Allah, Abraham tetap tegar. Ia yakin pada penyelengaraan Allah atas totalitas pemberian dirinya.

Permintaan Allah untuk mempersembahkan Ishak diterima oleh Abraham dalam kerangka keberlangsungan sekolah iman bangsanya ke depan. Abraham sejatinya ingin memberi contoh bagaimana ujian mengenai kesetiaan itu akan terus ada dalam seluruh perjalanan hidup manusia. Maka, sebagai Bapa Bangsa yang beriman, Abraham memenuhi tuntutan Allah. Ketika Abraham berani mempersembahkan Ishak, di sinilah kemaharahiman Allah terlihat. Allah menguji lalu melimpahkan berkat. "Jangan bunuh anak itu, dan jangan kau apa-apakan dia. Kini, Aku tahu bahwa engkau berani dan setia" (Kejadian 22:12).

Setelah Yesus dibawa ke padang gurun untuk dicobai selama 40 hari, Yesus kemudian menghadap Bapa. Ujian pertama ketika berada di padang gurun telah selesai. Pada kisah Injil hari ini, Yesus menemui Bapa di Gunung Tabor untuk memberitahukan keberhasilan misi-Nya (Markus 9:2-10). Ia pergi bersama kedubelas rasul untuk memberikan keterangan terkait ujian kesetiaan sebelum memulai misi sulit, yakni sengasara, salib, dan wafat. Ketiga hal ini bahkan disampaikan secara tersembunyi dalam percakapan Bapa dan Yesus. Murid-murid bahkan hanya memahami secara singkat mengenai hal ini: "Mereka mempersoalkan di antara mereka tentang arti bangkit dari antara orang mati" (Markus 9:10).

Ujian kesetiaan Yesus di padang gurun pada akhirnya mendapat apresiasi dari Allah Bapa. "Inilah Anak-Ku terkasih, dengarkanlah Dia!" (Markus 9:7). Kesetiaan Yesus pada misi yang dipercayakan Bapa kepada-Nya memberikan pesan edukatif kepada para murid. Hal yang sama akan dialami para murid ketika Yesus tak lagi bersama mereka pasca kebangkitan-Nya. Mereka akan dianiaya, dikejar, diadili, dan dihukum mati hanya mempertahankan iman-Nya pada Kristus yang bangkit. Tugas ini memang berat. Akan tetapi, jika kita bisa melaluinya, Kristus akan datang sebagai pembela di saat penghakiman nanti. Paulus pun mengingatkan mengenai ini: "Jika kita setia, Kristus akan menjadi hakim untuk membela kita" (Roma 8:31-34).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun