Pemerintah menetapkan, saya sebagai warga negara mengeksekusi. Sebuah negara yang demokratis bisa dilihat dari peradaban warga negaranya. Saya menyaksikan di beberapa tempat -- sekurang-kurangnya tempat saya tinggal -- ada banyak warga yang tak menaati apa yang disepakati bersama.Â
Di jalan-jalan, kerumunan tetap mewabah -- di Sumba katakanlah banjir kerumunan terlihat di beberapa titik ketika Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja. Artinya, dalam menggotong harapan bersama untuk keluar dari masalah pandemi, sebetulnya saya menggantungkan seluruh kehidupan saya pada pemerintah. Usaha-usaha pribadi dalam diri hampir tak ada.
Sekarang saja, di jalanan masih banyak kendaran yang lalu-lalang. Mobilitas warga tak terbendungi. Alasan keluar rumah masih tak jelas -- yang penting pergi tanpa tujuan yang jelas.Â
Jika kebiasaan-kebiasaan demikian masih dipupuk, bagaimana mungkin upaya memotong penyebaran pandemi Covid-19 bisa berhasil? Dan hal yang sama, bagaimana mungkin saya menyalahkan pemerintah yang sudah membuat kebijakan tertentu agar saya ikut terlibat menciptakan kebaikan bersama?
Ketika pemerintah terlalu "memanjakan" saya atau kita sebagai warga negara, saya atau kita umumnya kadang tak lagi mampu memanajemen diri. Hemat saya, inilah akar persoalan yang membuat angka pasien Covid-19 terus menanjak tiap harinya.Â
Upaya menaati protokol kesehatan (prokes) menjadi hal yang asing. Bahkan ada beberapa orang yang terang-terangan menolak memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.Â
Padahal, obat mujarab dalam menangani pandemi ini adalah tiga hal tadi: jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan. Akan tetapi, fakta di lapangan, hal ini masih jauh dari harapan.
Pertanyaan Benjamin Franklin soal kepedulian seorang warga negara menjadi penting untuk dihidupi: "Apa yang sudah saya berikan untuk negara?" Sudahkah saya menaati kebijakan bersama terkait protokol penanganan pandemi Covid-19? Sudahkah saya menghidupan semua protokol kesehatan tersebut dalam hidup harian saya? Sudahkan saya mengevaluasi pribadi saya terkait komitmen dalam melawan virus korona?
Pertanyaan-pertanyaan di atas hampir tak dijawab oleh pribadi saya. Yang ada justru saya menanyakan semuanya ini kepada pemerintah. Ketika semuanya diberikan kepada pemerintah, saya buat apa?Â
Satu-satunya hal penting yang bisa dibuat sebagai warga negara, hemat saya, mengontrol diri sendiri -- mengkritik, mengevaluasi, dan memberi saran kepada diri sendiri. Pemerintah sejatinya hanya memfasilitasi -- selebihnya ada pada saya. Jika kartu kebijaksanaan bekerja dalam diri saya, dengan mudah saya menaati instruksi dalam menangani masalah pandemi Covid-19 dengan baik dan tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H