Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, merasa prihatin ketika ada beberapa "tamu" yang menceritakan keadaan internal pabrik industri politiknya di kediamannya. Dalam hal ini, Moeldoko hadir hanya sebatas pendengar. Secara alami, ketika seseorang menceritakan kedaan rumah tangganya, tentu unsur pertama yang ikut dimainkan adalah perasaan. Moeldoko mengaku prihatin ketika para tamu membeberkan cerita.
Nama Moeldoko akhir-akhir ini memang ramai diperbincang terkait isu internal Partai Demokrat. Dalam Konferensi Pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Senin (1/2/2021), Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengklaim, isu terkait keadaan internal partainya melibatkan banyak pihak.Â
Bahkan, AHY menyebut secara fungsional bahwa isu terkait keadaan internal partainya melibatkan mereka yang berada di lingkaran kekuasaan terdekat Presiden Joko Widodo. AHY menambahkan, gerakan tersebut juga telah mendapat dukungan dari pejabat penting dan menteri (Republik, 2/2/2021).
Isu tak sedap di lingkungan Partai Demokrat memang sudah muncul sejak beberapa hari belakangan ini. Ketum Partai Demokrat menduga adanya pihak-pihak yang mencoba berkomunikasi dengan kader-kader lain untuk menggulirkan Kongres Luar Biasa (KLB).Â
Jika ini terjadi, maka ada upaya ekstra selanjutnya, yakni mengganti pimpinan Demokrat secara paksa. Lalu, pertanyaannya: "Apa kaitan isu internal kepartaian ini dengan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko?"
Sebagai tempat curhat banyak orang, Moeldoko dikejar berita dan isu. Ketika mereka yang datang curhat adalah orang-orang Demokrat, kecurigaan memang sesuatu yang tak mungkin dicegat.Â
Di dalam dunia politik, komunikasi lintas partai atau non-partai adalah sesuatu yang perlu dicermati secara mendalam. Kecurigaan muncul, karena tamu-tamu yang datang ke Moeldoko, "mungkin" tak sempat berdiskusi atau meminta saran terlebih dahulu dengan pimpinan partai. Meminta masukan atau curhat dengan mereka yang non-partai, mungkin saja menjadi petaka bagi Ketum Demokrat AHY. Di sinilah letak membuncahnya lahar panas ketika kita berbicara soal partai politik.
Partai politik adalah mesin politik dalam berpolitik. Di dalam tubuh partai politik, ada begitu banyak furnitur partai dengan berbagai properti yang dirasa privat.Â
Seperti sebuah kamp militer, partai politik memiliki peta dan amunisi politik pribadi. Maka, bagi setiap anggota partai, diharapkan untuk menjaga dan mengelola semua aset politik ini dengan baik -- termasuk bagaimana jika keadaan internal partai mengalami gangguan (disorder).Â
Untuk menjaga aset partai, maka dibutuhkan profesionalitas para anggota. Profesionalitas keanggotaan partai, dalam hal ini seharusnya mampu menjaga kondisi internal rumah tangga partai.
Soal tamu dari Demokrat yang mendatangi Moeldoko, hemat saya, itu hal biasa. Sebagai bagian dari lingkaran istana, Moeldoko tentunya "welcome" dengan semua tamu.Â