Berhadapan dengan fenomena ini, skema prediktif dan responsif, hemat saya adalah strategi yang baik untuk diterapkan. Dengan hadir sebagai institusi yang prediktif, Polri mampu mendeteksi secara dini arah dan motif-motif tak baik yang ditembak melalui kabar bohong (hoax) yang beredar.
Dari Tito Karnavian hingga Idham Azis, institusi Polri tentunya sudah mengalami transformasi. Saat ini, masyarakat menaruh harapan besar pada sosok Komjen Listyo Sigit dengan konsep terbaru outlook perjalanan Polri. Listyo Sigit mengunci konsep pelayarannya dalam kekuatan formasi Polri yang Presisi (Prediktif, Resposibilitas, Transparansi, Berkeadilan).Â
Dengan formasi presisi ini, Polri mampu bertindak cepat dan tepat, cepat tanggap, terbuka dalam berbagai penanganan persoalan dan tentunya menjunjung tinggi keadilan.
Konteks pandemi memang menjadi latar sulit yang dihadapi Listyo Sigit di awal masa jabatannya. Problem-problem terkait pendemi Covid-19 serta turunan persoalan lain yang lahir daripadanya, menguji formasi kepemimpinan Polri di tangan Listyo Sigit.
Tantangan-tantangan terkait penanganan wilayah dan penertiban warga selama pandemi Covid-19, pengawasan distribusi vaksin, pengawasan dana bantuan sosial (bansos), cybercriminal, pandemi infodemi, dan berbagai jenis persoalan yang diakibatkan oleh kebijakan everything must be done from home menjadi tanggung jawab Polri ke depan.
Untuk formasi internal, Listyo Sigit memang tengah berusaha merampingkan postur Polri. Aksi-aksi personal yang mengatasnamakan institusi Polri, seperti pungutan liar (pungli) dan tambal-sulam aturan saat operasi tilang di jalanan, juga menjadi perhatian serius dalam tubuh institusi Polri.Â
Dalam pemaparannya di Komisi III DPR RI, Kapolri terpilih Listyo Sigit berjanji akan membenahi persoalan-persoalan terkait unsur internal ini.
Hal lainnya yang mungkin menjadi sesuatu yang perlu dijaga adalah soal kerja sama dengan pemerintah. Polri sebagai alat keamaman negara sudah semestinya menjalin relasi yang baik dengan institusi pemerintahan.Â
Citra ini perlu dijaga agar jutaan mata masyarakat yang memandang tidak menaruh banyak umpan perkiraan yang justru menimbulkan ketidaknyamanan. Kerja sama yang baik menjadi ciri kekuatan negara yang solid. Inilah salah satu senjata dalam membangun sebuah negara -- sinergi antar-lembaga.
Kerja sama lintas institusi dan kewenangan juga harus tetap menjaga independensi. Ada ketakutan bahwa Polri bisa masuk dalam sengkarut partai politik (parpol).Â
Sebagai institusi yang kredibel dan independen, formasi presisi (terutama transparansi dan berkeadilan) harus mampu dihidupkan ketika berhadapan dengan pengaruh partai politik.Â