Hari ini merupakan hari pertama di tahun yang baru 2021. Memasuki hari pertama di tahun yang baru memang diisi dengan berbagai euforia. Akan tetapi, satu hal yang perlu diingat bahwa tahun baru tetap diberi latar pandemi Covid-19. Latar ini lantas tak membuat kesan kita pesimis dan masker hidup kita lantar buru-buru dilepas. Mengisi hari pertama di tahun yang baru adalah wajib menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M). Tahun baru, kebiasaan lama.
Tiga hal di atas (3M) adalah bentuk optimisme kita dalam misi pelayaran selama 364 hari mendatang. Untuk itu, dengan tetap diberi latar Covid-19, seyogiyanya, kita tetap dalam situasi siaga. Kita tetap menggunakan masker sebagai bentuk kepeduliaan kita terhadap kehidupan pribadi dan sama. Kita tetap perlu menjaga jarak sebagai bentuk kedekatan kita dengan optmisme hidup baru; dan kita juga tetap mencuci tangan sebagai bentuk pemurniaan diri dari corak hidup manusia lama.
Kita patut bersyukur bahwa di tahun yang baru ini kita tetap dalam keadaan bermasker. Hal ini berarti memasuki tahun baru, kita mengusung tema harapan dengan vaksin sebagai ujung tombak. Jika optimisme tahun yang baru tetap dibungkus dalam harapan akan terlepas dari rengkuhan Covid-19, saya yakin dan percaya kita akan siaga dalam memulai pelayaran baru ini.
Tahun baru kali ini memang tak se-happy tahun baru sebelumnya. Pada tahun 2020, kita menyambutnya dengan euforia berpesta kerumunan. Inilah bentuk real dari karakter kesosialan kita sebagai makhluk sosial.Â
Kita membuka tahun 2020 kemarin dengan berkerumun tanpa ada celah, bersalaman tanpa mencuci tangan dan handsanitaizer, dan melempar tawa dan senyum tanpa masker.Â
Kelihatannya baik-baik saja. Akan tetapi, tahun 2020 tiba-tiba diselimuti kabut tebal yang ditiup dari Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Euforia 2020 sejenak berhenti di penghujung Februari. Mulai Maret, 2020 penuh bencana. Kita digebuk pandemi Covid-19.
Nah, tahun ini (2021), kita merapatkan barisan. Jarak dijaga dan diawasi seketat mungkin. Jangan ada yang berkerumun. Di sana-sini, ucapan selamat memulai tahun baru 2020 hanya tampil di portal media sosial. Kita menyambut tahun baru 2020 dalam jaringan (daring). Euforia dan kemeriahan menyambut tahun yang baru tetap ada.Â
Akan tetapi, dengan protokol kesehatan yang super ketat. Kita tak mau kecolongan seperti tahun sebelumnya kembali terulang. Kita tak mau butiran-butiran virus baru menempel pada dinding tenggorokan kita. Untuk itu, kita menyambut 2020 dengan bermasker dan stay at home.
Apakah ini bentuk rasa pesimis kita untuk memulai pelayaran di tahun yang baru? Sejatinya tidak. Hemat saya, ketaatan dan kesetiaan kita pada protokol kesehatan adalah gambaran rasa optimisme kita memulai pelayaran. Ketaatan dan kesetiaan kita pada protokol kesehatan adalah investasi keseriusan kita dalam melawan pandemi virus korona. Siaga 3M di tahun yang baru adalah saham yang kita tanam untuk dipanen pada pertengahan tahun 2021 nanti.
Tahun memang semakin menanjak dan berganti angka. Akan tetapi, stamina barisan kita tak boleh kekurangan angka. Jika kita menetapkan angka penuh dari waktu tujuh bulan melawan pandemi virus korona, sebaiknya angka itu tetap berstamina di tahun yang baru ini. Jangan sampai kita lengah dan melepas masker. Hal ini justru berbahaya. Hal ini, tidak lain justru meruntuhkan semua kekuatan kita selama berdinamika di tahun 2020, terutama dalam memutus rantai penularan Covid-19.
Pada tahun 2021, tema yang diusung adalah harapan. Tema ini mengarah pada terciptanya tatanan hidup yang kembali normal. Sarananya adalah vaksin. Maka tahun 2021 adalah tahun berharap pada vaksin. Jika tahun 2020 adalah tahun tak bahagia karena wabah, kita perlu mengusung tema harapan di tahun 2021. Tema ini perlu dipajang pada hati dan pikiran kita masing-masing. Sambil berharap, kita tetap bermasker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Â