Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Filosofi Potong Kuku

22 November 2020   08:09 Diperbarui: 22 November 2020   08:14 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kuku dilepas tanpa dipotong, untuk sebagian orang hal itu merupakan tanda lahirnya stigma. Melepas kuku itu sama dengan pemalas. Kuku, kala itu, mungkin sekarang juga, diasosiasikan dengan dunia kerja. Yang tak potong kuku, artinya pemalas.

Di kubu yang lain, medis misalnya, mereka yang suka pelihara kuku adalah orang mudah terjangkit penyakit. Anjuranya pun demikian: "Potong kuku, biar sehat!" Kuku yang hanya bagian kecil dari anggota tubuh dipermasalahkan. Bahkan ditarik sampai ke dunia kesehatan.

Bergerak lebih jauh lagi. Kuku disejajarkan dengan dunia mode-fashion. Kuku dijadikan produk kecantikan buat wanita. Memelihara kuku bagi perempuan sosialita adalah sesuatu: bisa fashion, seni, bisa soal keindahan, juga bisa soal branding. Itu soal kuku dan perkara yang bisa disandingkan.

Saya pun sampai pada perefleksian demikian. Di dunia ini, ada dua kelompok manusia yang bisa diteliti dari cara potong kuku. Pertama, kelompok manusia yang memotong kuku tangan kiri lebih dahulu. Yang kedua, kelompok manusia yang memotong kuku tangan kanan lebih dahulu. Kalian sering mulai dari yang mana?

Dua kegiatan ini memang tak disadari oleh setiap orang. Kadang asal potong. Jika didalami, dua kegiatan ini punya efek untuk kehidupan seseorang. Filosofi potong kuku punya efek untuk dinamika hidup. Skala prioritas untuk memilih aktivitas mana yang lebih dahulu dilakukan bisa ditakar dari kebiasaan hidup harian. Ya, kayak potong kuku.

Orang yang mulai memotong kuku dari tangan kiri adalah orang yang suka melakukan kegiatan dari hal-hal sederhana. Sedangkan mereka yang memotong kuku tangan kanan lebih dahulu, adalah mereka yang mau memulai hidup dari hal-hal yang sulit. Mereka suka hal-hal yang menantang lebih dulu, baru menikmatinya kelak usai melewati hal yang menantang tersebut.

Saya sendiri cenderung mulai memotong kuku tangan kiri lebih dahulu. Dan memang, dari sana, saya berefleksi bahwa saya lebih suka hal-hal yang mudah dan sederhana dalam dinamika hidup. Saya cenderung menyukai hal-hal yang tidak menyulitan diri sendiri dan orang lain. Kuku tangan kiri pun saya potong lebih dulu.

Hidup ini ibarat potong kuku. Ada orang yang cenderung menyukai atau memulai hal-hal yang mudah dalam hidupnya. Ia tak mau mempersulit diri atau mengambil resiko atas dinamika hidup yang cenderung susah dan tak mudah dilakukan. Ia pun akhirnya, memilih untuk menikmati hidup dan sederhana.

Di sisi lain, tak jarang kita melihat pula orang-orang yang memulai hidupnya dengan hal-hal yang sulit dan menantang. Tipe orang demikian sangat suka yang namanya tantangan. Ketika disuruh memotong kuku, ia akhirnya memilih kuku tangan kanan terlebih dahulu.

Kamu sering memulai dari yang mana? Kuku tangan kiri atau tangan kanan? Atau mungkin tak menyadarinya: potong saja, tanpa berpikir apa-apa. Ya, dinamika hidup itu, persis potong kuku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun