Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Rokok, Kopi, dan Kenikmatan

31 Oktober 2020   10:50 Diperbarui: 31 Oktober 2020   11:10 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di teras kamar, saya duduk beralaskan dingin. Beberapa donat dan dua gelas kopi tersaji bersebelahan. Di sebelah Barat, mentari pelan-pelan pamit. Ia tak lagi berstamina 'tuk membuka mata. Sambil duduk, kuraih gelas yang tadi terisi kopi. Diseruput. Sedulur, wenak tenan! Ngombe!

Ada yang kurang. Dingin, kopi, dan duduk, tapi absen rokok. Saya masih ingat, kalau ada beberapa batang di meja. Iya, masih tersisa tiga batang, usai makan siang tadi. Tak lama, satu dibakar. Nyala api pada ujung batang rokok mulai membara. Dari sana cerita dibangun dan melebar.

Kekuatan rokok ada pada api dan tarikan. Jika tak dinyalakan, rokok tak memberi kesan apa-apa. Pertama-tama, rokok mencari hangat melalui api. Pelan-pelan, nyala api menyelinap dari ujung ke ujung. Jika dibiarkan tersulut tanpa daya, rokok sekali lagi kehilangan rasa. Ia ada ketika asapnya ditarik dan menubuh hangat.

Rokok di saat angin kencang, tak memberi rasa apa-apa. Api justru dibiarkan menyulut batang tanpa kekuatan. Tak terarah. Dibiarkan. Asapnya ke mana-mana. Tak ada yang dinikmati. Rokok justru mengandung rasa ketika ditarik di ruang teduh. Di depan teras, saat matahari tenggelam karena lelah. Saat lampu-lampu teras unjuk kekuatan cahaya.

Tak enak meghabiskan sebatang rokok tanpa teman. Jika tak ditemani teman ngobrol atau sesama perokok, rokok sekali lagi kehilangan rasa. Ia kehilangan nikmat jika dihabiskan sendiri. Dalam tarikan rokok sebetulnya ada persahabatan. Aristoteles sudah merengkuh ilustrasi persahabatan itu dari sebatang rokok. Katanya: "Bersahabat, karena kami sama-sama merokok!" Bersahabat, karena kami menyukai hal yang sama.

Rokok mengaduk semua rasa penat, stres, galau, jenuh, bosan, bingung, marah, soliter pada tarikan dan kekuatan asap. Semacam diubah, tapi tak semuanya. Menghabiskan sebatang rokok saat stres setidaknya mampu mengembalikan kekuatan. Menarik semangat yang lumpuh karena banyak hal. Iya, memang benar demikian.

Selain enak ditemani, rokok juga menemani. Ketika banyak tugas yang tak lagi ditopang raga 'tuk diselesaikan, rokok ada-hadir menemani. Rokok menemani saat raga tak ditemani. Ia seperti ada yang mewadah. Rokok seperti badut saat Anda butuh hiburan. Tapi, kadang rokok bisa hadir seperti joker: menimbulkan gelak-tawa sekaligus kengerian.

Ketika mendengar bunyi korek atau bau rokok, saya selalu dipasung. Saya menjadi tak nyaman. Sesegera mungkin diraih, dibakar, ditarik, dan asapnya dilepaskan dengan tekanan-tekanan yang harmoni. Letak rasa itu, juga terlihat pada semburan asap yang keluar. Ada yang melingkar, membujur, dan ada pula yang hilang bersamaan dengan penat.

Saya sering melibatkan rokok dalam kegiatan harian saya. Jika usai kerja tak ada rokok, rasanya seperti ada yang kurang. Ya, setidaknya, yang pertama muncul adalah kesan: "kurang nyaman." Seandainya sebuah pekerjaan diselesaikan dengan selebrasi kecil-kecilan dengan merokok, saya justru mendapatkan kembali stamina saya. Hal yang sama juga ketika pekerjaan baru kelar separuh. Jika waktu rehat diisi dengan tarikan sebatang rokok, rasanya tak habis dikelola kata.

Tulisan ini tentunya hanya sebatas sharing bagaimana saya menikmati rokok. Saya hanya menuangkannya pengalaman ini dalam coretan kecil, biar punya nilai - hitung-hitung rokok memberi kenikmatan 'tuk menelurkan ide atau gagasan-gagasan tertentu. Tak harus mencoba. Jika tulisan ini membuat Anda akhirnya mau mencoba, itu menjadi kebebasan Anda. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun