Mohon tunggu...
Kristian kuli
Kristian kuli Mohon Tunggu... -

seorang pelajar di ASBI Bogor

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Persahabatan Menyatukan Perbedaan

24 Mei 2015   10:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:40 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Film dari Miramax ini mengambil seting di masa Perang Dunia kedua, saat Adolf Hitler masih berkuasa. Seorang anak bernama Bruno, hidup dalam keluarga kaya yang bisa hidup nyaman walaupun Jerman saat itu ada dalam bayang-bayang Nazi karena sang ayah adalah tentara Nazi yang cukup berpengaruh bahkan mendapat promosi jabatan sebagai komandan sehingga mereka sekeluarga harus pindah dari Berlin, tempat asal keluarga tersebut. Bruno, yang sangat merasa nyaman tinggal di Berlin, merasa sedih saat dia dan keluarganya harus pindah rumah dan harus tinggal di rumah baru yang letaknya cukup terpencil. Pekerjaan baru ayah Bruno, Ralf, adalah mengepalai kamp kerja Yahudi yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah baru mereka.

Bruno adalah anak berusia 8 tahun yang memiliki daya khayal tinggi dan hobi membaca buku petualangan. Ia merasa bosan karena harus belajar homeschooling bersama kakak perempuannya, Gretel, dan ia juga tidak punya teman di rumah barunya. Bruno nekat pergi ke belakang rumah mereka walaupun sebenarnya orangtuanya pernah melarangnya. Setelah melewati hutan kecil, akhirnya Bruno sampai di kamp Yahudi. Di balik pagar yang bermuatan listrik di kamp, dia melihat anak sebayanya bernama Schmuel, anak Yahudi yang juga penghuni kamp itu. Schmuel memang sering menyendiri di dekat pagar kamp. Akhirnya, dari situlah pertemanan dua anak ini dimulai, meski persahabatan mereka kemudian dijalin secara rahasia.

Bruno diam-diam sering mengunjungi Schmuel, membawakannya makanan, bahkan bermain bersama. Persahabatan mereka dijalin dengan sangat unik karena mereka berteman dengan berbatas pagar kawat dengan listrik bertegangan tinggi tersebut. Bruno, dengan pemikiran lugunya, tidak mengerti mengapa Schmuel harus tinggal di kamp, yang awalnya dia kira adalah pertanian. Dia juga tidak paham mengapa Schmuel dan orang-orang lainnya di kamp kerja harus menggunakan baju bergaris yang ia kira piyama, dan di baju tersebut tercantum nomor yang sebenarnya nomor tahanan. Ia juga tidak tahu mengapa ada bau busuk yang tercium hingga ke rumahnya, yang berasal dari perapian besar di kamp. Padahal, bau busuk itu berasal dari orang-orang Yahudi yang dibakar hidup-hidup.

Walaupun pada akhirnya Bruno mulai mengerti bahwa Schmuel adalah bangsa Yahudi yang seharusnya menjadi musuh negaranya, namun ia tetap bersahabat dengan Schmuel, karena menurutnya, Schmuel bukan orang jahat seperti yang diajarkan oleh gurunya, kakaknya, dan ayahnya. Persahabatan mereka pun terus terjalin sampai suatu saat Bruno memberitahu Schmuel bahwa ia harus pindah rumah lagi. Dia akan tinggal bersama kakak dan ibunya di tempat bibi mereka. Hal ini dikarenakan sang ibu menderita tekanan mental karena tidak tahan dengan sikap suaminya yang merahasiakan pembakaran orang-orang Yahudi di kamp.

Schmuel juga sedang bersedih karena ayahnya yang juga tinggal di kamp bersamanya pergi kerja paksa bersama beberapa pria lainnya, namun ternyata sang ayah tidak pernah pulang ke kamp. Bruno berjanji membantu Schmuel mencari ayahnya di kamp, sebagai upaya terakhirnya sebelum pindah rumah. Dengan menggali lubang di bawah pagar kawat dan baju “piyama” yang diberikan Schmuel, Bruno berhasil menyusup masuk ke dalam kamp. Namun, sebelum mereka berhasil bertemu ayah Schmuel, kedua anak itu justru dipaksa ikut dalam barisan tahanan Yahudi lainnya, dan mereka pun digiring ke dalam perapian raksasa. ending fim ini memang sangat menyedihkan, dimana kedua bocah malang yang polos itu akhirnya dibakar hidup-hidup bersama puluhan tahanan lainnya.

Nilai hiburan yang terkandung dalam film ini adalah sebuah persahabatan yang di jalin oleh Bruno dan Schmuel. Ketika mereka berdua menjalim pertemanan secara diam-diam terkadang membuat saya sebagai penonton ikut terjerumus dalam arus film tersebut. Karena sering sekali ada adegan yang membuat penonton merasa tegang. Seperti contoh pada saat awal mereka berdua bertemu dan berbincang-bincang tibe-tibe terdengara suara peluit yang seakan-akan membuat penonton berpikir bahwa mereka berdua akan tertangkap, akan tetapi tidak sesuai dengan yang penonton pikirkan. Kemunculan adegan-adegan yang sejenis seperti itu yang membuat penonton semakin ingin tahu bagaimana kisah selanjutnya. Hal ini yang membuatfilm ini seru dan ketika kita menonton film ini sampai selesai tentunya rasa ingin tahu kita terjawab dan penonton pasti akan merasa puas dan terhibur.

Dalam film ini menceritakan tentang kerasnya hidup bangas Yunani yng berada di bawah tekanan Nazi, dalam film ini menggambarkan Nazi secara halus, tidak seperti pada film lain yang berbau Nazi yang menggambarkan Nazi yang begitu kejam. Oleh karena itu pasan moral atau nilai pendidikan yang ingin disampaikan oleh film ini adalah jangan memandang beranggapan bahwa selamanya musuh itu adalah tetap musuh yang tidak bisa diajak bermain. Hal ini dibuktikan dari pertemanan antara Bruno dan Schmuel. Schmuel adalah seorang anak yang berasal dari Yahudi dan ditindas oleh Nazi. Meskipun setiap hari guru Bruno mengatakan bahwa bangsa Yunani adalah musuh, namun Bruno tidak memandang Schmuel sebagai musuh karena menurut Bruno, Schmuel adalah seseorang yang baik. Ada pun pesan moral lain yang ingin disampaikan oleh film ini adalah janganlah berbhong pada siapa pun, karena ketika berbohong maka akan timbul rasa ingin tahu yang tinggi sehingga timbul suatu keberanian untuk melakukan cara apa saja demi menemukan jawaban atas rasa ingin tahu tersebut, da oleh karena itu bisa saja menimbulkan suatu hal yang tidak diinginkan karena tidak dibekali dengan pengetahuan dan nasihat-nasihat sebelumnya dan juga janganlah ada pada kita musuh karena apa yang kita lakukan pada musuh juga bisa memberi dampak pada diri kita sendiri.

Pemilihan aktor dan aktris juga berpengaru dalam keindahan dan kesempurnaan film. Film ini dapat dikatakan sebagai film yang baik, karena pemilihan aktor dan aktris yang tepat sehingga maksud dan tujuan yang ingin di sampaikan dapat tersampaikan dengan baik. Dua anak yang memiliki wajah yang polos dapat membuat penonton terbawa suasana ketika menonton film tersebut. Sehingga unsur keindahan dari film ini dapat dilihat oleh penonton dengan jelas. Selain itu penentuan lokasi pembuatan film juga sesuai sehingga dapat membantu dalam pembangunan suasana pada saat proses menonton film tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun