Bagi pemuda-pemuda pedesaan, mereka menganggap bahwa sektor pertanian sudah kehilangan daya tarik. Selain sektor pertanian yang sudah tidak menjanjikan, pemuda-pemuda tersebut telah enggan karena mereka terpengaruh oleh subkultur baru yang berkembang di era digital seperti sekarang.
Selain dipengaruhi oleh beberapa faktor diatas, minimnya keterlibatan pemuda pada sektor pertanian juga dipengaruhi oleh penerapan teknologi pertanian.
Penerapan teknologi baru pada sektor pertanian dilakukan untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk yang cepat guna tercapainya peningkatan produktivitas pertanian.
Namun, penerapan teknologi ini memiliki akibat yaitu pengurangan atau penciutan lapangan pekerjaan yang dialami oleh petani miskin di pedesaan.
Kenyataannya, hanya masyarakat dari golongan menengah keatas atau mereka yang memiliki lahan yang luas yang dapat menikmati hasil teknologi tersebut.
Dengan kata lain, penerapan teknologi baru pada sektor pertanian berdampak pada kemiskinan masyarakat desa yang tidak memiliki lahan pertanian atau hanya menjadi buruh tani, karena lahan tersebut membatasi pemakaian buruh tani. Selain itu diperlukan upah yang tinggi kepada para pekerja yang memiliki kemampuan khusus dan terampil.
Penduduk muda cenderung memilih upah yang lebih tinggi dan memilih sektor industri yang biasanya berada di perkotaan. Dalam hal ini pemuda di pedesaan menghindari bekerja disektor pertanian karena memandangnya sebagai pekerjaan yang kotor, melelahkan, penghasilan yang tidak menetap, hanya cocok dengan generasi tua. Ketidaktertarikan itu disebabkan juga oleh hasil produksi pertanian yang diperoleh sangat lama dan sering tidak memuaskan.
Permasalahan tenaga kerja muda yang enggan untuk berkerja disektor pertanian memerlukan perhatian khusus. Selama ini telah banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini. Namun penanganan masih bersifat umum, dimana penanganan masalah ini masih bercampur dengan penanganan kemiskinan diperkotaa.
Bentuk penanganan masih bersifat sektoral: penaganan anak terlantar, kemiskinan, dan lanjut usia. Artinya sistem penanganan belum terfokus secara spesifik pada menjawab permasalahan tentang ketidak tertarikan pemuda tani dengan dunia pertanian. Untuk itu diperlukan suatu sistem penanganan yang tepat dalam menghadapi kompleksnya permasalahan dari pemuda tani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H