Mohon tunggu...
Kristian Adi Putra
Kristian Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - One, Two, Three.

Dosen di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Meneliti untuk Guru

7 November 2012   07:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:49 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Selain itu, peran universitas dalam hal ini Unila juga tidak kalah penting. Budaya ilmiah harus lebih ditekankan pada mahasiswa di universitas. Dibandingkan Universitas Indonesia, Unila sudah ketinggalan jauh dalam masalah akses untuk jurnal penelitian. UI sudah bekerja sama dengan banyak portal jurnal online dan memungkinkan mahasiswanya mengakses jurnal-jurnal tersebut dengan mudah.

Konsekuensinya, mahasiswa selalu mengejar hasil-hasil penelitian terbaru dan melakukan penelitian dengan banyak referensi dari penelitian-penelitian tersebut. Yang terjadi selama ini di FKIP Unila khususnya, banyak mahasiswa yang hanya menggunakan referensi penelitian-penelitian sebelumnya. Sehingga yang terjadi adalah reduplikasi hasil penelitian sebelumnya, yang sebenarnya jadi terkesan jalan di tempat.

Pembelajaran di universitas idealnya juga mengarahkan mahasiswa agar mampu menulis kajian pada bidangnya secara ilmiah dan menerbitkannya dalam jurnal ilmiah. Di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, hal ini sudah diterapkan oleh banyak pengajar. Sejak awal di bangku kuliah, mahasiswa jadi terbiasa menulis ilmiah dan ketika melakukan penelitian tugas akhir perkuliahan tidak muncul lagi pertanyaan mendasar tentang metode penelitian. Di Unila, beberapa jurnal ilmiah baik di tingkat jurusan atau fakultas sebenarnya juga bisa digunakan untuk memfasilitasi tulisan mahasiswa dan guru secara umum.     Selama ini jurnal lebih banyak di isi dengan tulisan dosen-dosen dan waktu penerbitannya pun banyak yang tidak tahu. Mahasiswa bahkan tahu kalau jurusannya memiliki jurnal ketika akan seminar proposal skripsi, karena memiliki jurnal adalah prasyarat untuk bisa seminar di jurusan tertentu. Apabila paradigma ini diubah, mahasiswa dan guru dibimbing untuk mengirimkan tulisannya, maka sebenarnya dosen, guru, dan mahasiswa sama-sama akan terpacu untuk rajin meneliti, menulis dan memublikasikannya.

Kemudian hal terakhir yang tidak kalah penting dari peran universitas adalah memfasilitasi forum diskusi ilmiah yang dilakukan oleh dosen, guru besar, guru, dan mahasiswa. Di pulau Jawa, banyak seminar yang mengundang guru, tidak hanya dosen, untuk mempresentasikan hasil temuannya.

Di Lampung, seminar seperti ini masih sangat terbatas dan bahkan tidak ada. Dengan adanya acara serupa di tingkat lokal yang diadakan tahunan misalnya, banyak guru dan mahasiswa yang kemudian sebenarnya akan bersiap-siap mempersiapkan makalahnya untuk dipresentasikan dalam seminar tersebut. Tentunya, ini juga akan memberikan pengaruh yang baik untuk pengembangan keilmuan kependidikan secara umum.

Dalam bukunya Pedagogy of freedom: Ethics, Democracy and Civic Courage Freire mengatakan:

’’…there is no such thing as teaching without research and research without teaching. One inhabits the body of the other. As I teach, I continue to search and re-search. I teach because I search, because I question, and because I submit myself to questioning. I research because I notice things, take cognizance of them. And in so doing, I intervene. And intervening, I educate and educate myself. I do research so as to know what I do not yet know and to communicate and proclaim what I discover. (1998: 35)’’.

Jelaslah menarik sebenarnya di sini, penelitian yang dilakukan oleh guru mempunyai manfaat yang sangat besar bagi guru, siswa, institusi pendidikan dan kualitas pendidikan secara umum. Ketika mengajar, guru dituntut untuk terus memperbaiki pembelajaran, berkembang secara profesional dan berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Dengan perbaikan yang dilakukan oleh guru melalui penelitian yang dilakukannya, kualitas pengajaran juga akan membaik.     Harapannya, tentu saja pendidikan di Indonesia akan bisa menghasilkan sumber daya manusia yang semakin berkualitas dan memiliki daya saing global. Semoga paradigma tentang penelitian bagi guru-guru kita akan berubah dan harapan mulia tersebut bisa segera tercapai.(*)

http://www.radarlampung.co.id/read/opini/42240-budaya-meneliti-untuk-guru

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun