Kita perlu tetap waspada karena diri kita terus-menerus menjadi tempat "pertarungan antara berkat vs kutuk". Terkadang kita dihadapkan pada keadaan kurang pasti untuk memilih tinggal di dalam berkat atau membiarkan diri terjerat oleh kutuk.Â
Dalam kondisi ini doa dan keheningan untuk merasakan kehadiran Allah sangatlah kita butuhkan agar kita dapat memilih jalan atau cara  hidup yang benar, yakni berada dalam naungan berkat dan kasihNya.
Doa dan berkat yang menyertai perjuangan kebenaran itu, kita lakukan dengan dasar iman, harapan dan kasih. Kita berdoa dan memberkati dilandaskan kepercayaan dan penyerahan diri kita pada Allah yang Mahakuasa dan Adil. Kita berdoa dan memberkati karena ada harapan akan janji dan kesetiaan Allah untuk mendatangkan keselamatan. Kita berdoa dan memberkati karena sudah lebih dulu dikasihi dan diberkati Allah. Kita terdorong untuk membalas kasih dan berkat Allah itu dengan mengasihi dan melayaniNya lewat pengorbanan bagi kebaikan bersama (bonum commune). Baca juga artikel Bonum Commune.
Itu semua bisa kita hayati dan wujudkan bila kita membiarkan hati kita "dilembutkan" oleh kasih dan rahmat Allah yang paling sempurna mengalir dari HatiNya. Bila hati kita masih keras dan beku, penuh amarah dan dendam, iri dan benci, egois dan sombong, maka tidak ada kata terlambat untuk datang kepadaNya. Yang sudah merasa diberkati pun dinanti oleh Tuhan untuk menerima lebih banyak berkat yang mengalir tiada habisnya.Â
Berkat Tuhan tetap dibutuhkan karena kita masih bisa terjerat oleh sikap mengutuk dan dikutuk. Tuhan setia menunggu kita, apapun keadaannya. Kita dinantiNya untuk mau membuka diri dan menerima Yesus serta dibentuk dalam proses "pendidikan hati" atau proses pembentukan gaya hidup menurut gaya hidupNya. Gaya hidup seorang pendoa, penebar kasih dan pengampunan, penyalur berkat, peneguh harapan, pelayan yang rendah hati, serta pembawa damai dan keadilan itulah gaya hidup kristiani.
Mari bertanya pada diri kita masing-masing: Siapkah aku memperjuangkan kebenaran yang berlandaskan iman, harapan dan kasih? Sanggupkah aku mendoakan dan memberkati yang lain? Relakah aku menjauhkan diri dari sikap mengutuk dan terbebas dari rasa terkutuk? Bersediakah aku "diproses dan dilembutkan" oleh HatiNya? Semoga Tuhan menyertai dan memampukan kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI