Mohon tunggu...
Kristiadji Rahardjo
Kristiadji Rahardjo Mohon Tunggu... Dosen - manusia biasa yang mendamba cinta hadir di dunia; suka membaca, traveling, fotografi, main biola dan badminton

manusia biasa yang mendamba cinta hadir di dunia; suka membaca, traveling, fotografi, main biola dan badminton

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena "Cyber Religion"

26 Juli 2018   07:00 Diperbarui: 26 Juli 2018   14:55 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: www.thearmageddontimes.com

Kemudahan dan keterbukaan itu merupakan realitas yang netral, artinya baik dan buruknya tergantung dari sikap kita. Itu bisa menjadi sesuatu yang negatif, merugikan dan menjadi ancaman bagi manusia (dalam berbagai dimensi kehidupan), bila disalahgunakan atau dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. 

Dalam konteks kehidupan beragama, kemudahan dan keterbukaan yang digunakan untuk menyerang, menjelek-jelekkan atau menghina ajaran agama tertentu,, dapat "melukai" rasa keagamaan dan "mendelegitimasi" kebenaran yang diyakini oleh suatu agama. 

Namun, di sisi lain, keterbukaan itu bisa disikapi secara positif bila ditempatkan dalam kerangka proses pembelajaran. Dalam sejarah kekristenan, misalnya, banyak ajaran gereja yang dirumuskan justru untuk menanggapi ajaran-ajaran bidaah (yang dianggap menyimpang).

4. Memang internet sebagai media sifatnya netral, artinya tergantung yang memanfaatkan. Nah, kalau Anda melihat fenomena Faith Freedom, dimana para audien bisa bebas dan leluasa untuk membahas masalah agama, dalam kapasitas sebagai agamawan (believer) pandangan Romo seperti apa? 

Secara pribadi, saya menerima itu sebagai suatu realitas masyarakat di era modern ini. Berbagai pemikiran, ideologi, kultur dan agama, sistem sosial, ekonomi dan politik dapat berjumpa bahkan berbenturan dalam wilayah terbuka itu. 

Realitas itu perlu disikapi dengan suatu disposisi batin yang tenang, keimanan yang kokoh (setidaknya tetap berproses menuju kematangan) dan sikap kritis. 

Fenomena Faith Freedom dsb dapat ditanggapi dengan positive thinking sebagai bagian dari proses pembelajaran, pendewasaan, pemantapan atau pematangan iman saya. Tantangan untuk memperdalam iman, membina umat, otokritik, dan memperkuat fungsi dan peran agama dalam kehidupan nyata semakin diperkuat. 

Pilihan untuk memanfaatkan media informasi (termasuk internet) juga perlu dilakukan secara efektif untuk menyampaikan kebenaran-kebenaran yang diyakini oleh suatu agama, terutama nilai-nilai kemanusiaan.

5. Masih dalam konteks Faith Freedom yang "gila-gilaan", apakah bisa kita sebut sebagai demokrasi informasi yang kebablasan?

Bisa dikatakan demikian, sejauh Faith Freedom menggunakan prinsip kebebasan dalam demokrasi tanpa mengindahkan prinsip etis-moral. Prinsip kebebasan daam demokrasi tentu tidak dimaksudkan tindakan bebas sebebas-bebasnya (semau gue). Kebebasan itu tetap dibatasi oleh kebebasan orang lain. Maka kebebasan itu harus menghormati hak dan martabat setiap orang (termasuk pemeluk agama).   

6. Kalau Romo berkunjung ke Faith Freedom, ada tujuan yang paling jelas, yakni mengateiskan atau memurtadkan orang-orang Muslim. Dalam konteks itu, bagaimana pandangan Anda? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun