Mohon tunggu...
Kristan To
Kristan To Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi membaca, kegiatan belajar di salah satu universitas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sistem Perekonomian Kapitalisme dan Pengaruh Nepotisme

14 Juli 2024   17:42 Diperbarui: 14 Juli 2024   17:48 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sistem perekonomian kapitalisme memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan menjual barang dan sebagainya. Dalam sistem perekonomian kapitalisme, semua orang bebas bersaing untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan lingkungan sekitar, Hal ini sangat berbanding tarbalik dengan budaya dan dasar hukum yang berlaku dinegara kita, pada sila ke 5 sudah dicantumkan bahwa, keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia adalah salah satu impian bangsa indonesia.

Tetapi marakna praktek sistem perekonomian kapitalisme di indonesia belum bisa mewujudkan 100% impian bangsa, karena kekuasaan tertinggi masih dipegang para pemilik modal, sehingga dalam kasus ini manusia hanya diperjual belikan. Mereka yang miskin akan semakin miskin begitu pula sebaliknya mereka yang kaya akan semakin kaya. Pendidikan yang tinggi yang ditawarkan oleh pemerintah tidak bisa membantu secara optimal dalam memperbaik perekonomian masyarakat, karena kapitalisme talah mengakar di masyarakat, standarisasi yang berlaku disetiap perusahaan hanya menjadi formalitas, fenomena kerja pakai orang dalam hingga kini masih menjadi pembahasan yang sensitif untuk beberapa orang. 

Sekolah tinggi-tinggi, lulus dengan nilai terbaik dan menyandang status sarjana, tidak akan menjamin kamu bisa mendapatkan pekerjaan bagus dengan cepat. Saat ini yang terpenting dalam mencari pekerjaan adalah, kamu kenal siapa? Sebab terkadang, kandidat yang berkualitas akan kalah dengan kekuatan orang dalam. Mereka yang mempunyai kompetensi malah menjadi pengangguran. Fenomena ini sudah menjadi rahasia umum dikalangan meraka yang memiliki kekuasaan, ordal ataupun nepotisme menjadi PR bagi pemerintah, bukan hanya di bidang politik saja itu terjadi, tetapi juga disistem perekonomian pun fenomena orang dalam  masih terjadi.

Melihat fenomena diatas, secara tidak langsung perekonomian Indonesia masih menganut sistem perekonomian kapitalisme, yang mana kekuasaan masih dipegang oleh pemilik modal, hal-hal yang bisa dilakukan agar fenomena di atas tidak terjadi adalah dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut

  • Kesadaran

Kesadaran memiliki peranan yang sangat penting bagi mekanisme yang baik dalam segala aspek, Kita ambil contoh kesadaran dalam rekrutmen karyawan, seharusnya apabila pemilik perusahaan memiliki kesadaran yang tinggi akan keberlangsungan perusahaannya, maka mereka akan memilih orang-orang yang memiliki skill yang tinggi dan menguasai di bidang nya, hal ini seharusnya menjadi patokan dalam rekrutmen karyawan. Karena, apabila mereka memilih orang yang mengandalkan orang dalam yang mana orang tersebut tidak memiliki skill dibidang tersebut, maka kehancurang dan kebangkrutan akan terjadi dan perusahaan akan kehilangan peluang mendapatkan karyawan terbaiknya.

  • Spiritual

Dalam etika bisnis islam, fenomena orang dalam, suap, dan lain- lain sudah sangat dilarang keras oleh syariat islam, karena hal ini sangat merugikan pihak tertentu dalam mencari pekerjaan, apabila nilai spiritual sudah tertanam dalam diri seorang pemimpin, harusnya fenomena dia atas tidak akan terjadi. Karena spiritualisme sendiri akan mendorong seseorang melakukan hal-hal yang baik, karena segala sesuatu yang kita lakukan akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Oleh sebab itu penting bagi seorang pemimpin memiliki sifat spiritualisme yang tinggi, bahkan bukan hanya seorang pemimpin saja, tetapi semua orang yang berkecimpung dalam perusahaan tersebut.

  • Observasi

Cara yang berikutnya untuk menghadapi nepotisme yaitu dengan melakukan observasi pada karyawan lain yang memiliki sanak keluarga atau teman yang bekerja di bidang yang sama. Selain itu, kamu juga bisa mengamati adek kakak yang bekerja didalam perusahaan yang sama. Apabila kamu menemukan sebuah kejanggalan, maka kamu harus sesegera mencatatnya. Dengan melakukan observasi semacam ini, maka kamu akan mendapatkan indikasi siapa saja pegawai yang melakukan kegiatan nepotisme.

  • Evaluasi

Setelah melakukan observasi dan mencatat orang-orang yang memiliki sanak saudara dalam perusahaan, langkan selanjutnya yakni melakukan evaluasi kompetansi dengan melakukan uji kemampuan dan menempatkan di posisi yang tepat sehingga mekanisme perusahaan tetap berjalan sesuai dengan yang di inginkan, Pada dasarnya, merekrut karyawan yang sudah memiliki hubungan dengan pegawai lama tidaklah masalah, akan tetapi, mereka juga harus benar-benar memiliki kemampuan dan juga komitmen yang tinggi dalam bekerja.

  • Diskusi

Melakukan diskusi merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh seorang pengusaha, diskusi dapat dilakukan dengan HRD dan manajer agar dapat merekrut karyawan yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan, diskusi ini juga dapat dilakukan dengan pejabat-pejabat tinggi perusahaan dengan memberikan pandangan dan opini yang tepat bagaimana nepotisme sangat berpengaruh buruk bagi perusahaan.

  • Memberikan peraturan

Dengan adanya peraturan yang mengatur rekrutmen karyawan akan mencegah terjadinya fenomena orang dalam ataupun nepotisme, peraturan dan standarisasi yang ketat akan membantu mengurangi nopotisme, seperti tidak bolehnya pejabat tinggi merekrut anggotanya secara instan tanpa melalui tes, interview, dan lain-lain.

Sebenarnya tidak semua dampak dari orang dalam atau nepotisme ini semuanya buruk, ada hal baiknya seperti memberikan kemudahan dalam memilih dan menseleksi seorang pemimpin dan mempercepat mendapatkan tenaga kerja baru.

Kristanto

Prodi ekonomi syariah

Universitas KH. Mukhtar Syafaat, Blokagung, Banyuwangi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun