Mohon tunggu...
kristanti simamora
kristanti simamora Mohon Tunggu... Guru - Guru Agama Katolik

Saya adalah Guru Agama Katolik yang sangat menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cura Personalis adalah suatu metode untuk lebih dekat dengan siswa dan memberikan perhatian individual terhadap pribadi siswa

14 Oktober 2024   11:47 Diperbarui: 14 Oktober 2024   12:43 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

APA ITU CURA PERSONALIS

Cura Personalis, salah satu proses yang khas dalam konteks siswa berupa perhatian pada pribadi siswa. Cura personalis menyangkut perhatian kita kepada siswa secara mendalam sebagai seorang pribadi dengan segala situasinya yang berlainan. Perhatian itu dilandaskan pada kesadaran bahwa setiap pribadi itu unik dalam perkembangannya dan membutuhkan bantuan yang khusus pula. Maka pendidik perlu mengenal secara pribadi siswanya.  Bentuk cura personalis dapat beraneka ragam tergantung pribadi siswa yang dibimbing. Misalnya, mendampingi, mendengarkan, menanyai, berdialog, melihat kesulitannya dan menolongnya, dll. Meski bentuknya beraneka ragam, tetapi intinya sama yaitu penghargaan, penerimaan siswa sebagai pribadi manusia yang berharga; dan keinginan untuk membantu mereka sesuai dengan keadaan mereka. Cura personalis sebenarnya salah satu wujud dari semangat kasih sendiri. Kasih kepada siswa jelas menuntut perhatian secara pribadi terhadap mereka. Siswa tidak dianggap sebagai obyek, tetapi sebagai pribadi dengan kekhasan masing-masing.

"Bagaimana kita dapat mengimplementasikan semangat cura personalis di dalam karya pelayanan kita sebagai pendidik?"

'Cura Personalis' Upaya Membangun Konsep Diri Positif

 "Cura personalis adalah sikap hormat dan penuh penghargaan bagi setiap pribadi manusia dan mengakui kebaikan serta keluhuran martabatnya. Cura personalis adalah kepedulian akan setiap pribadi, memandang setiap orang sebagai insan yang dikenal, dipanggil, dan dicintai secara pribadi oleh Allah sendiri. Cura personalis berarti mengakui bahwa setiap orang itu mempunyai rasa ikut memiliki (a sense of belonging), bahwa setiap orang itu sungguh berarti dan karena itu seharusnya tak usah ia terpuruk jatuh dalam keretakan jiwa (falls through the cracks). Para siswa kita diberi kesempatan, melalui pelbagai kegiatan yang terencana dan terpadu untuk mengembangkan relasi yang lebih mendalam dengan dirinya sendiri dan dengan sesama rekannya sehingga terbentuklan suatu komunitas sekolah sehat dan positif. Mereka perlu dibimbing bagaimana caranya untuk bersikap peduli akan pandangan, gaya hidup, dan kesejahteraan dirinya sendiri serta sesama.

Arah dasar semangat cura personalis tentang pentingnya pendidik mengenal dengan baik secara pribadi anak didiknya  dalam suatu relasi interpersonal yang sehat. Tujuannya supaya siswa-siswi merasa diterima dan dicintai apa adanya, sehingga tidak perlu terjebak terlalu lama dalam kubangan perasaan "falls through the cracks", rasa diri yang serba gamang dan amburadul.

Selain mengajar, para pendidik meluangkan waktu menjadi tempat curahan hati siswa/i yang dilanda permasalahan hidup, yakni persoalan eknomis, fisik, sosiologis, dan psikologis. Persoalan ekonomis misalnya: terpuruk kemiskinan, terlilit hutang, terjerat perjudian, terpepet uang kost atau sekolah. Persoalan fisik: mengalami letih, lapar, sakit atau cacat jasmaniah. Persoalan sosiologis: mengalami kemerosotan martabat atau memiliki ketidakberdayaan untuk mengubah nasib dan memperbaiki citra diri. Persoalan psikologis: merasa salah, marah, benci, cemas, takut, tidak aman dan frustrasi; karena dikhianati, ditinggalkan, ditelantarkan sendirian dalam kemalangan.

Permasalahan-permasalahan tersebut jika tidak dibantu untuk diolah dapat menyebabkan siswa/i memiliki konsep diri yang rendah. Konsep diri yang rendah adalah pribadi yang memiliki konsep diri negatif sehingga cenderung merasa tidak aman, tertekan, kurang percaya diri, memiliki harga diri yang terpuruk. Jika hal-hal tersebut dialami siswa/i maka akan menghambat perkembangannya menjadi pribadi sehat/utuh/unggul. Oleh karena itu sebagai pendidik kita bersedia memberikan bimbingan pribadi untuk membantu siswa/i mengolah permasalahan hidupnya, supaya ia menyadari bahwa hidup itu memang penuh dengan persoalan tetapi kita itu selalu mempunyai harapan dan kekuatan untuk mengatasinya satu persatu. Melalui perhatian dan perbincangan pribadi, kita bisa membantu meyakinkan supaya ia berani menghadapi persoalan hidup itu. "Hidup memang penuh dengan resiko dan tantangan, juga terdapat pelbagai hambatan yang perlu diatasi. Hidup juga merupakan suatu pendakian yang terjal atau perjalanan yang panjang. Dan kita bisa memilih entah untuk berjuang maju atau menyerah mundur. Dengan belajar melihat "krisis" sebagai peluang untuk berkembang, kita mengambil pendekatan yang lebih positif terhadap perjalanan hidup kita itu.

Oleh karena itu pertanyaan yang selalu harus terus direnungkan adalah: bagaimana kita bisa memanfaatkan "krisis" sebaik-baiknya? Perlu diingat bahwa "krisis" senantiasa menawarkan peluang dan tantangan. Maksudnya, "krisis" yang tengah kita hadapi senantiasa menuntut kita mencari suatu sikap baru. "Krisis" dapat dilihat sebagai suatu tantangan sebab mengundang kreativitas kita untuk menemukan kiat, upaya, sikap dan pandangan hidup yang baru. Dengan demikian, "krisis" yang kita hadapi justru dapat mengantar kita menjadi pribadi yang lebih matang dan mempunyai kekuatan mental. Bimbingan pribadi yang diberikan pendidik semacam itu dapat membantu siswa/i berproses memiliki konsep diri yang positif sehingga ia memiliki harga diri, sanggup membuka diri terhadap lingkungan dan sekaligus memiliki kepercayaan diri yang tak mudah goyah. Hal tersebut dimungkinkan karena bimbingan pribadi yang diberikan pendidik itu disampaikan dalam suasana yang ditandai oleh: kasih sayang, komunikasi yang tulus dan jernih, kreativitas, konsistensi, memberikan tantangan, menawarkan pengharapan, menumbuhkan keyakinan, menciptakan ketenangan, menawarkan dukungan dan komitment. Nilai-nilai inilah yang merupakan implementasi dari semangat cura personalis saat kita berinterkasi secara pribadi dengan para siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun