Mohon tunggu...
Kristal Pancarwengi
Kristal Pancarwengi Mohon Tunggu... Editor -

Akun ini sudah tidak aktif dan tidak akan pernah aktif lagi di Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Menulis Fiksi Sesulit Memindahkan Gunung?

14 Juli 2014   07:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:24 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya baru saja mendapat pesan singkat dari seorang kawan. Isinya beliau menantang saya untuk membuat tulisan lagi. Tapi, mau nulis apa yaa.. saya masih bingung.. hmm.. Bagaimana kalau bercerita saja.. hehhe karena saya paling suka cerita.. Entah ceritanya ngalor ngidul nggak karu-karuan..

Oke kita mulai saja yaa..

Nulis fiksi kok susah sekali yaa… sesulit memindahkan gunung. gubrakk.. lho hubungannya apa sama tulisan ini? Hehhe sabar.. ini bagian dari cerita saya kok. Jadi, ceritanya saya merasa kesulitan ketika saya harus membuat tulisan fiksi, baik cerpen, novel dan sebangsanya. Jangankan menulis novel yang jumlahnya sampai ratusan lembar, bisa menulis cerpen saja buat saya merupakan mukjizat. Lho kok? Iyaa saya juga nggak tahu kenapa, sebegitu sulitkah menulis fiksi? Pernah suatu waktu saya nekat bikin cerpen, tapi apa yang terjadi? Tulisan saya mandek, mogok, bukan ditengah jalan lagi, malah diseperempat jalan. Padahal ceritanya sudah berdasarkan pengalaman saya pribadi lho, yang artinya saya tidak perlu mengeluarkan pikiran ekstra untuk mengarang penokohan, alur dan sebagainya. Draft cerpen saya yang mogok itu pun akhirnya cuma mengendap di laptop, belum berani saya sentuh lagi, padahal sudah hampir 5 bulan sejak terakhir saya menuliskannya. Karena faktor malas? Mungkin.. tapi buktinya tulisan-tulisan saya yang lain (nonfiksi) tetap jalan.. mulus, lancar selancar jalan tol (walaupun kadang macet juga heheh).. Terus faktor apa ya? Apa saya kurang bisa berimajinasi? Kurang bisa merangkai kata-kata? Bisa jadi. Yah meskipun saya lumayan sering baca novel, tetap saja, menulis fiksi merupakan kesulitan tersendiri bagi saya. I don’t know why…

Lantas apanya yang sulit dari menulis fiksi? Saya pernah membaca buku berjudul “Berani Menulis Artikel” yang ditulis oleh Bramma Aji. Beliau seorang penulis nonfiksi ulung (bahkan beliau sudah mulai menulis sejak duduk di bangku kuliah semester 2), yang ratusan artikelnya sudah pernah dimuat di surat kabar, tapi beliau justru menemui kesulitan ketika harus menulis fiksi (seperti kasus yang saya alami). Dalam bukunya, beliau mengatakan bahwa jika kita tidak bisa menulis fiksi, maka tidak perlu dipaksakan, karena setiap orang memiliki bidang kepenulisan yang berbeda-beda.

Sampai sekarang saya masih sering geleng-geleng kepala iri kalau melihat orang lain -yang dengan begitu lancarnya- bisa menulis novel dan sebangsanya. Nah, seperti yang dikatakan om Bramma ini, mungkin nonfiksi adalah bidang saya, tak masalah yang penting masih bisa menulis.. dan berbahagialah kalian yang masih bisa terus menulis.

Menulis fiksi memang terdengar “menyeramkan” bagi sebagian orang, termasuk saya hehhe.. Tapi tidak ada salahnya juga kan kalau terus berusaha mengasah kemampuan menulis (fiksi) kita? Bukankah ada adagium berbunyi  “Belakang parang jika terus diasah pasti akan tajam juga”.

Sooo…. Let’s start writing fiction!

Bj, 140714

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun