Mohon tunggu...
Lia Melankolia
Lia Melankolia Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Tulis, tulis, dan tulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Keluar dari Zona Nyaman atau Perluas Zona Nyaman?

5 September 2023   18:32 Diperbarui: 6 September 2023   19:54 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi stress yang menekankan sering dialami ketika keluar zona nyaman | pexels.com/MART  PRODUCTION

Menurut para influencer Indonesia, dalam hidup, baik keterampilan bahkan pekerjaan, penting sekali untuk kita bisa keluar dari zona nyaman. Karena ketika keluar dari zona nyaman, yang tidak bisa kita ukur keamanannya itu "penuh dengan ketidakpastian", kita akan semakin bertumbuh dan berkembang. 

Dan, alasan keluar dari zona nyaman kita ini akan tahu, ternyata pengetahuan kita itu masih sedikit, sedangkan pengetahuan di luar " ketidakpastian itu" ternyata luas dan beragam. Kita bisa melampaui kekuatan yang kita miliki saat ini untuk menjadi tak terbatas. 

Ketidaknyamanan akibat ketidakpastian ini mungkin bisa terlihat dari pengalaman saya dulu. Saya termasuk seorang anak yang pemalu. Tentunya mendengar kata "pemalu" berarti anak yang jarang keluar rumah dan kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. 

Ketika masuk sekolah, atmosfer antara rumah yang nyaman dan sekolah itu banyak perbedaan yang mencolok. Di rumah tidak banyak riuh suara dan pendapat, sedangkan di sekolah banyak riuh suara dan pendapat yang saling mengadu. Salah satu kata saja dan sedikit tingkah yang aneh sudah mengundang gelak-tawa satu kelas. 

Ketika di sekolah seorang anak dituntut untuk berbicara, membaca di depan kelas, dan menyanggah opini dengan dua kubu yang ada (pro-kontra). Saya lalu belajar setahap-demi setahap untuk berkomunikasi, tentunya dengan pelan-pelan. Saya anak yang jarang bicara, tapi sebisa mungkin ketika guru menanyakan pertanyaan, saya berusaha menjawabnya. Begitulah kiranya keluar dari zona nyaman itu, yaitu "belajar berkomunikasi".

Memang, terdengar sederhana, tapi ternyata mampu melewati stres. Dengan stres yang menekan, kita mengira pendapat saya disalahkan, lalu saya akan dipermalukan dalam satu kelas, tapi saya terus melanjutkan mengemukakan pendapat saya meskipun rasa panik yang tiba-tiba datang tidak diundang. 

Kemudian berani ambil risiko, risiko untuk tidak disetujui. Banyak teman saya yang tidak setuju dengan pendapat saya. Bayangkan saja, hampir kebanyakan memilih pendapat A, sedangkan saya berpendapat B. Ketika ada pendapat yang lebih banyak dan hanya kamu saja yang memilih itu, kamu akan dianggap salah yang risikonya juga akan diteriaki dan dicecar. 

Begitu pun dengan apa yang menimpa saya. Saya diteriaki meskipun saya sebenarnya tidak suka diteriaki. Ya, itu sudah lumrah dan hukum alam juga. Ada yang memihak, ada yang tidak, dan terjadi begitu banyak celah perbedaan. 

Ketika sudah berani keluar dari zona nyaman, saya melakukan apresiasi dengan memberikan hadiah (self reward) terhadap diri sendiri, misalkan membeli cemilan yang saya suka. Hal ini sebagai perayaan terhadap "aksi", yang telah saya lakukan, yang melampaui batas kecemasan itu. 

Memperluas Zona Nyaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun