Ki Hadjar Dewantara sebagai sosok inspirasi Merdeka Belajar yang diprakarsa Kemendikbud Ristek RI. Hal ini karena sejalan dengan filosofi dari Bapak Pendidikan Nasional, yakni Jiwa Merdeka. Jiwa yang merdeka, meliputi: merdeka secara lahir dan bathin maupun tenaga.Â
Ki Hadjar Dewantara berpendapat, bahwa: "Jika pendidikan adalah serangkaian proses untuk memanusiakan manusia." Beliau menggagas sistem among, yakni melarang adanya hukuman dan paksaan kepada anak didik.Â
Seorang anak akan merasa terpaksa, jika tidak tahu alasan apa yang menyebabkan mereka harus melakukan perintah tersebut. Kemungkinan, tidak ada keselarasan dengan kebiasaan yang mereka lakukan. Paksaan menurut beliau akan menghambat kreativitas anak.
Seorang anak memiliki pemikiran tersendiri, yang terbentuk dari nature (kepribadian bawaan dari lahir) maupun nurture (pengalaman yang diperoleh). Disinilah letak keunikan dari setiap insan, yang membedakannya dengan insan yang lain.Â
Gagasan Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan melalui trisentris pendidikan. Trikonsentris pendidikan, yakni keluarga, perguruan, dan masyarakat. Tiga komponen ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lain.Â
Tentunya sejalan dengan Semarak Merdeka Belajar yang melibatkan peran berbagai elemen masyarakat untuk bekal anak-anak bangsa di kemudian hari.Â
Peran orangtua tidak kalah penting dengan guru, ketika mendampingi anak belajar di rumah. Â Orangtua mendampingi dan mengayomi anak di rumah, kemudian berkolaborasi dan berkomunikasi secara berkelanjutan dengan guru.Â
Seorang anak yang mampu mengekspresikan naluriah yang ia rasakan merupakan tindakan dari insan berjiwa merdeka. Meskipun tak jarang, ketika menyampaikan apa yang dirasakan kerapkali terjadi kontradiktif antara dirinya dan aturan yang telah ada.Â
Contohnya, ekspresi anak kepada orangtua ketika tengah menghadapi PR dari gurunya di sekolah. Timbul pertanyaan dan pernyataan dari anak kepada orangtuanya dirumah, seperti: