Mohon tunggu...
Krisna Waluyo
Krisna Waluyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

orang normal

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menghadapi Tantangan Kesehatan Mental di Era Digital: Bagaimana Teknologi Berdampak pada Remaja

10 Desember 2024   01:29 Diperbarui: 10 Desember 2024   01:28 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Oleh: Krisna Waluyo, Mahasiswa Semester 1 Fakultas Kedokteran Gigi Airlangga

            Kesehatan mental adalah masalah yang sering diabaikan di Indonesia baik dalam penyegahan maupun pengobatan. Menurut data WHO, prevalensi gangguan mental di Indonesia mencapai 9,8% pada tahun 2021. Persentase tersebut lebih parah pada generasi muda, terutama pada remaja. Menurut Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2022, sebanyak 15,5 juta (34,9 persen) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5 persen) remaja mengalami gangguan mental. Dari jumlah itu, baru 2,6 persen yang mengakses layanan konseling, baik emosi maupun perilaku.

            Salah satu faktor penyebab dari kondisi tersebut adalah penggunaan gadget yang berlebihan. Menurut survei yang dilakukan oleh CNN Indonesia di 34 provinsi di Indonesia pada tahun 2021, lebih dari 19% remaja di Indonesia diketahui mengalami kecanduan gadget. Hasil analisis yang dilakukan oleh Kamaruddin, et al menunjukkan bahwa penggunaan gadget berdampak pada kesehatan mental siswa, seperti kecemasan, dan stres.

            Lingkungan terdekat, termasuk keluarga dan teman, memainkan peran penting dalam memitigasi risiko kesehatan mental remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Nuramanah (2024), menunjukkan bahwa dukungan emosional dari keluarga dan interaksi positif dengan teman sebaya dapat membantu remaja mengatasi stres serta membangun ketahanan mental. Lingkungan sosial yang mendukung, di mana remaja merasa diterima, berkontribusi pada pengurangan risiko depresi dan kecemasan. Hal tersebut dapat memitigasi dampak negatif yang disebabkan oleh kecanduan gadget seperti yang disebutkan pada paragraf sebelumnya.

            Untuk memitigasi dampak negatif tersebut lebih jauh, perlu dilakukan upaya preventif dan kuratif. Beberapa solusi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya literasi digital, regulasi waktu layar, dan juga layanan kesehatan mental yang terjangkau. Menurut jurnal yang diterbitkan oleh Haryanti, et al (2018), tingkat penggunaan layanan kesehatan mental hanya sekitar 2,45% sampai 4,67%. Hal ini dapat dinaikkan dengan meningkatkan literasi digital masyarakat agar masyarakat sadar akan adanya bantuan dari pemerintah dalam bentuk BPJS untuk menangani masalah kesehatan mental secara kuratif. Perlu dilakukan upaya preventif juga dengan meregulasi waktu layar setiap harinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Twenge, et al, waktu layar yang lebih dari 7 jam sehari meningkatkan resiko kesehatan mental dua kali lipat lebih besar daripada penggunaan waktu layar kurang dari 7 jam sehari sehingga tidak disarankan untuk menggunakan gadget lebih dari 7 jam dalam sehari dan hanya menggunakan gadget saat perlu saja untuk meminimalisir waktu layar.

            Penting bagi pemerintah dan juga orang tua untuk membantu remaja dalam menangani masalah ini. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan juga orang tua dalam menindaklanjuti hal ini. Pemerintah dapat meluncurkan kampanye kesadaran publik yang menyoroti pentingnya keseimbangan antara penggunaan gadget dan aktivitas lainnya. Yumarni (2022) menekankan perlunya meningkatkan interaksi sosial di luar penggunaan gadget untuk mengurangi kecanduan. Pemerintah juga dapat mengadakan program edukasi untuk orang tua dan remaja tentang penggunaan gadget yang sehat, mengajak orang tua untuk bekerjasama dalam menangani permasalahan ini. Informasi yang dipaparkan dapat mengenai dampak negatif dari kecanduan gadget dan cara mengatur waktu penggunaan. Penelitian oleh Fitriana et al. (2021) menunjukkan bahwa pengawasan orang tua sangat penting dalam mencegah kecanduan gadget pada remaja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun