Alkisah Malam- malam yang larut, angin- angin yang dingin menghidupi seluruh kegersangan jiwa ini. Aku berjalan entah berantah, jalanku belom jelas kemana. Tetapi kerap kali ku tulis puisi, hanya untuk sebongkah nisan yang akan dibangun menuju pikiran surga. Manusia kerap kali mengalami derita, tapi juga kerap kali bertahan, entah mau kemana cerita- cerita ini dibuat, dan cerita- cerita ini dirangkai. Malamku selalu sunyi seperti pemakaman. Alam pikiran yunani selalu memimpikan mimpi utopis keberadaan surga dan idea, jiwa. Tetapi alam pikiran modern menolak hal metafisik, memikirkan rasionalitas. Sebuah pertanyaan untuk seseorang sepertiku yang mengembara kesana kemari mencari sesuatu yang hilang?
Tuhan, Dewa, Iman, Â Allah entah apakah itu?
Mau dibawa kemana akhir dalam kehidupan manusia yang absurd, tapi juga memiliki makna atas pemaknaan pilihannya sendiri. Yang pastinya manusia turun ke bumi menanggung tanggung jawab hidupnya sendiri, dalam kesepian maupun keramaian.
Aku duduk diam merenungi setiap kendaraan yang lewat, mau kemana manusia pergi? Yang lewat kemudian tak pernah kembali. Sebatang rokok telah ku panjatkan kepada rindu yang sepi.
Malam- malam manusia tetap membisingkan jiwa/rasio/akal yang tidak pernah ingin "suwung." Menatap kepada harapan- harapan, akan mimpinya. Atau barangkali Ini adalah gamenya, bukan yang asli. Â Manusia menggambarkan bagaimana seluruh keinginannya terpenuhi. Menjadikan surga palsu atas hasrat dan gairah diri.
Surga yang lapang, dan luas membentang langit ke satu sampai ke tujuh, adalah surga yang menerima segala penderitaan dan kesedihan. Â Agar manusia meyakini bahwa dunia tidak akan pernah usai. Dia yang Awal dan akhir. Â Atau dunia ini selesai dan ada dunia baru.
Sebagian manusia sepertiku, namaku Alexander. Memimpikan jika keluarga dalam dunia ini bisa bertemu di dunia selanjutnya. Kekasih- kekasih bercumbu mesra di taman, melihat danau- danau menggenang. Seorang anak merindukan ibunya yang telah lama meninggal, seorang pejabat yang memimpikan pangkat yang menanjak, seorang sufi yang merindukan Cinta. Pikiran Syurga membayangkan manusia. Tidak perlu disangkal !! Dunia ini juga metafisik. Tiada kebenaran absolut, atau roh absolut. Â Cinta, yang menjadikan manusia tumbuh dalam penderitaan, merindukan pikiran surgawi. Cinta yang membuat manusia menyatu, dengan dia yang tak terdefinisi kan itu. Cinta juga yang rindu ciuman sang kekasih, saat malam hari melintang. Hanya ada AKU dan Cinta. Â Dunia ini adalah manifestasi Cinta dari Pikiran dia.
Bantu aku menemui jalan menuju surga. Bertemu dengan lumbung keabadian. Â Menghapus luka, menyusuri cinta. Kebahagiaan jiwa adalah kebahagiaan kita. Aku alexander rokok ku tinggal sekejap. Kemudian pulang aku ingin bermimpi dia yang tidak pernah di pikirkan manusia. Di dalam pikiran syurga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H