Mohon tunggu...
Krisna Wahyu Yanuariski
Krisna Wahyu Yanuariski Mohon Tunggu... Jurnalis - Pendongeng

Enthos Antropoi Daimon (Karakter seseorang ialah takdirnya)- Herakleitos Seorang cerpenis di kompasiana, ia juga penulis buku "Fly Away With My Faith", juga seorang Mahasiswa UIN SATU Tulungagung, ia juga jurnalis dan kolumnis di beberapa media. Instagram @krisnawahyuyanuar W.a 081913845095

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Negara yang Lelah

24 Mei 2024   16:53 Diperbarui: 24 Mei 2024   16:57 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negaraku merupakan negara yang paling lelah, kebisingan terdengar dimanapun, dibalik jendela hotel Karyvan, di sekitar Jalan Pelvsan, atau di sawah dan ladang yang luas. Semua orang berjalan sendiri- sendiri tanpa saling pandang. Barang kali ini hampir sama dengan Negeri Senja, tapi ini bukan saja senja. Semua hidup dalam kebisingan. Ojek yang lelah dengan ketidak pastian pelanggan, rumah- rumah makan dengan meja- meja yang berdebu, kasir yang lelah menunggu, pedagang baju yang bajunya usang, sales- sales yang berpegian jauh.

Aku hidup di kota metropolitan, semua bising dengan kebisinganya masing- masing. Sejak kapan negara ku selalu begini?, Aku pun tidak tahu, aku adalah anak sebatang kara yang hidup hanya menjual roti pinggir jalan. Ayah dan ibuku telah lama cerai dan meninggalkan aku sendirian dalam pembuangan. Aku hanya diasuh dan diberi makan oleh paman sandi, ia adalah seorang pemulung yang biasanya memulung sampah dijalanan. Namaku ricky, umurku sudah empat belas tahun. 

Dan aku pun tidak sekolah, karena di negara ini, tidak ada jaminan yang pasti. Biayanya sangat mahal, murid- murid yang lelah akan PR, Mahasiswa yang lelah akan tugas dosen, dan dosen yang lelah akan diburu deadline. Rektor yang lelah mengatur kebijakan kampus. Hingga kementrian pendidikan yang lelah mengganti- ganti kurikulum. Aku tidak memutuskan sekolah, yang aku takutkan aku hanya menambah kerepotan bagi mereka, dan menambah kelelahan.

Semua orang sangat individualis, dan ambisius di tempat ini, mereka mencari upah yang layak, mencari jabatan yang layak, mencari kehidupan dengan cara yang seenak jidatnya, nepotisme, korupsi adalah hal yang biasa ditempat ini. Tapi para koruptor itu juga lelah akan dosanya, para politisi lelah akan janjinya. Mereka semua penghuni negara ini berjalan dalam keadaan absurd. Bunuh diri atau minum kopi?

Jabatan presiden tidak ada harganya di negara ini. Hanya bisa tidur siang dan waktu yang longgar yang selalu dinanti- nantikan semua orang di negara ini. Selalu didorong untuk mencetak generasi emas atau mencetak produktivitas semakin membuat lelah para pekerja, pengangguran merebak luas di negeri ini, konon katanya 3,4 juta penduduk menganggur, dan lelah akan pengangguranya. Organisasi kemasyarakatan yang tidak tertata, anggotanya yang lelah akan berjuang dan pengabdian.

Keringat, kantung mata, itu terlihat di setiap warga yang melintas. Aku hanya memungut sisa- sisa makanan yang ada. Semua orang jarang berbicara, ia jarang juga membuka smartphone, mereka hanya dituntut- dituntut untuk menyelesaikan tanggung jawabnya. Tanpa sesekali setiap warga negara melihat kelelahanya satu sama lain.

Negara ini sangat egois sekali, hanya untuk menghilangkan lelahnya, ada yang korupsi, ada yang skandal, ada yang cuci uang, ada yang selingkuh, ada yang judi, ada yang mencopet, bahkan membunuh  lelah orang lain dengan menghabisi nyawanya. Pemuka agama lelah dengan dalil- dalil dan dogma yang mereka ajarkan, akibatnya mereka melecehkan atas nama agama, mereka saling bermusuhan, mereka tidak peduli toleransi (lelah) agama lain.

Setiap pagi ketika aku juga lelah, aku sering pergi ke sawah sendirian, melihat lelah orang lain juga, termasuk petani dengan harga pupuk yang mahal, hama- hama pertanian yang bertebaran, buruh tani dengan upah yang tidak layak, tidak ada jaminan hidup untuk bahagia.

Bahagia di Negara ini adalah tafsiran yang abstrak, semua meminum minuman keras hanya untuk bahagia, mencuri, mengambil hak orang lain, hanya untuk bahagia. Hedonisme , kebahagiaan hanya untuk kepuasan telah menguasai penduduk negara ini. Walau melihat sawah juga hanya menghilangkan sedikit lelahku, aku juga sering ke pantai melihat sekali lagi orang- orang yang lelah. Nelayan yang lelah dengan hasil tangkapan tidak seberapa, Masyarakat Adat yang lelah menjaga Ekosistem laut yang rusak. Aku hanya melihat semua sedang lelah menjalani hidupnya di negara ini.

Aku pun yang lelah hanya menahan lelahku agar aku terus belajar dari negara ini, sempat berpikir untuk melarikan diri, tapi itu bukan sebuah solusi. Semua orang merasakan ada yang hilang dari hidupnya. Pemimpin yang lelah akhirnya bertingkah semaunya. Anak- anak kecil yang lelah tidak ada pelajaran permainan tradisional sama sekali, mereka hanya bermain game online dari pagi sampai siang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun