Mohon tunggu...
Krisna Wahyu Yanuariski
Krisna Wahyu Yanuariski Mohon Tunggu... Jurnalis - Pendongeng

Enthos Antropoi Daimon (Karakter seseorang ialah takdirnya)- Herakleitos Seorang cerpenis di kompasiana, ia juga penulis buku "Fly Away With My Faith", juga seorang Mahasiswa UIN SATU Tulungagung, ia juga jurnalis dan kolumnis di beberapa media. Instagram @krisnawahyuyanuar W.a 081913845095

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Museum Kematian & Omong Kosong Bertebaran

30 Juli 2023   23:20 Diperbarui: 30 Juli 2023   23:31 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hari ini, tubuhku telah bersemayam dalam dunia yang ambigu, dengan manusia yang selalu bilang "omong kosong" dari sebuah proses belajar akan pengetahuan. Angin segar tak lagi berasal dari ufuk selatan tetapi dari dubur dan lubang pantat para penyamun itu. Welthanschauung telah lama hilang karena bisikan-bisikan tidak jelas dari setan- setan politik.

Plato telah lama meninggalkan kita, socrates telah melebur dalam dialog- dialog masyarakat, tetapi dangkal, belum mencapai akarnya. Plato mengingatkan kita akan idea yang konon susah dipahami, tetapi bagiku cerita kisah si kancil lebih disukai di peradaban masa kini.

Aku hidup dengan buaian omong kosong, bahwasanya, kerealistisan dan pragmatik adalah makanan dan minuman yang utama. Tiada yang salah tetapi, hidup dalam kebosanan itu, lebih mendekatkanku kepada ketiadaan yakni yang menjemput kematianku.

Tubuhku telah di museumkan bersama lukisan- lukisan abstrak, puisi- puisi yang melankolis. Kursi Beethoven, ataupu lagu Cannon Rock yang menggema dalam muesum itu. Tidak diketahui dimana berasal muesumku, ada yang bilang dari peradaban Grik Lama, ada yang bilang dari Timur yang mencerahkan, ada yang bilang dari negeri Konfosius.

Hidup dalam bayang- bayang keuntungan adalah pisau yang membunuh jasadku yang mati. Tidak berpikir panjang ataupun bagaimana roh/ spirit itu bekerja. Ia mematikanku dan membunuh diriku dalam buku Suicide. Apa yang diuntungkan dari sebuah keuntungan, bila kehidupan dinamis juga di iringi kerugian?

Kaum Sofis terkadang salah juga tidak. Melepaskan jubah- jubah pengetahuan adalah misteri dari pencarian jati diri. Guru- guru selalu terkait dengan upah, akademisi terfokus dengan job fair. Pengusaha mulai berdagang politik, pasal- pasal di jadikan nasi kucing. Dibungkus dan diamplopi.

Rakyat- rakyat menjadi preman yang menindas penguasa, dengan uang. Kemana pergi rohku setelah ini?. Museum ini selalu gelap tidak ada yang mengunjungi, lampu- lampu hanya berkedip dengan wawasan dan pengetahuan, terlalu gelap dengan kerakusan.

Keihklasan adalah sebuah pertanyaan panjang dalam abad kini. Menjadi semut- semut yang sulit dideteksi kemana pergi sarangnya. Aku rindu Xenophanes dengan nyanyianya yang mengantarkan ruh- ruh itu kepada kesucian, yang menentang takhayul keuntungan.  Syair- syair nya religius membawa diri ini kepada penalaran yang benar akan kebenaran panjang.

Aku penyair yang telah lama mati dalam kerinduan. Jiwa- jiwa ku menggonggong seperti anjing yang selalu di najiskan.Lupa akan mulut- mulut pengkhotbah itu. Kita tidak pernah benar- benar merasakan nya. Sampai- sampai kita minum anggur berdua duduk disini melamun hal- hal yang tidak jelas, seperti Hidup !.

Aku sudah lama murtad dari omong kosong chairil, atau pun 98 lainya. Hari ini aku berada fase ketidak jelasan kemana puisi ini berlabuh selain dari museum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun