Apabila sangkala ditiup apakah lantas perjuangan akan berhenti? Tidak, tentunya itu awal lagi dari sebuah lembaran.
Tetapi ini bukan perihal eskatologi, pada dasarnya manusia adalah makhluk yang survive dengan keadaan sekitarnya nafsu hewanilah yang mengantarkanya kepada tindakan naturalisme yaitu adaptasi menyesuaikan dengan alam.
Hari- hari telah berlalu, jam tangan yang kusut berdebu adalah momok bagi setiap musafir yang bergelut dengan jalanya, kita adalah musafir.
Perlu diketahui memang jalan tidak serta merta selalu lurus dan mulus, terkadang bergelombang bahkan berombak seperti tsunami. Apakah lantas kita menyerah? Itu hanya soal temporal, ambil kopimu seruput lagi lalu bacalah koranya.
Duduk di kursi termenung sendiri, memikirkan hal yang tidak pasti, adalah musuh terbesar kepada setiap insan. Seperti yang dijelaskan musafir tidaklah perlu berteriak- teriak di jalan untuk mencapai kemenangan, tinggal strategi dan konsistensi, niscaya akan mendapatkan apa yang di inginkan.
"Tatag, teteg, tutug".
Yang berharga dari kehidupan adalah prinsip, yang bernilai adalah kepercayaan, dan yang menarik adalah diri sendiri. Â Perjuangan bukan soal juang, tetapi berkorban, Socrates berdiri teguh menyuarakan kebenaran diatas musuh pemerintah atena, Â Munir Said Thalib yang gigih menyuarakan kemanusiaan, Â Soekarno yang beberapa kali sering diasingkan. Dan Tan Malaka yang bergerilya dengan berganti- ganti nama. Itulah Perjuangan !.
Beberapa manusia menghindari kedzaliman tetapi beberapa manusia juga turut melawan kedzaliman dan ketidak adilan. Gemuruh ombak harus di lawan dengan papan selancar, agar terlihat akrobatik kehidupan yang indah, abadi dan menarik.
Kita adalah musuh untuk kita sendiri, keputusan, kejujuran, keadilan, adalah problematika yang tak akan pernah usai untuk melawan diri sendiri. Mimikrinya bunglon seharusnya kita tiru dalam menjalani konteks kehidupan hari ini.
Tetapi jangan pernah menjadi populis, demi hasrat pribadi, memang sulit, tetapi carilah umpan agar kau dapat memancing spirituil.
Lakukanlah apa yang semestinya kau lakukan, bila manusia melihatmu ada niat tersembunyi, tetaplah melakukanya, sampai kebaikan itu tidak pernah ternilai, karena penilaian bukan hak kita, hanya Tuhan, dan mereka yang akan merasakanya.