Mohon tunggu...
Krisna Wahyu Yanuariski
Krisna Wahyu Yanuariski Mohon Tunggu... Jurnalis - Pendongeng

Enthos Antropoi Daimon (Karakter seseorang ialah takdirnya)- Herakleitos Seorang cerpenis di kompasiana, ia juga penulis buku "Fly Away With My Faith", juga seorang Mahasiswa UIN SATU Tulungagung, ia juga jurnalis dan kolumnis di beberapa media. Instagram @krisnawahyuyanuar W.a 081913845095

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kekuasaan di Balik Gelapnya Pandemi

28 November 2022   20:48 Diperbarui: 9 Desember 2022   18:01 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

           

   "Le pouvoir derrire les tnbres de la pandmie"

Pada suatu malam yang tenang, bintang- bintang berbincang tentang damai yang berselimut, aku yang terlelap akan mimpi panjangku, tiba- tiba tubuhku terpanting dari kasurku yang empuk, entah apa yang aku rasakan, seperti sedang mendapatkan siraman rohani dari mimpi. Wabah Black Death ternyata belum kelar usai, sudah bertahun- tahun aku menyendiri dari kebisingan kota Avignon, Perancis Barat Daya. Wabah yang menyerang sejak era 5 Masehi hingga sampai tahun 15 Masehi kini tahun November 1347 wabah tersebut masuk ke Perancis. belum juga menemukan solusi yang tepat agar wabah cepat usai. Sebelumnya aku bermimpi tentang suatu zaman dimana langit seolah bercahaya, rumah- rumah bertumpuk mencakar langit, manusia zaman itu berjalan sendiri dan berbicara sendiri, kemudian aku juga melihat burung- burung merpati besi menukik ke bawah, sambil bemanuver indah. Tetapi ada yang aneh dalam mimpiku, yakni zaman ini belum seperti zaman yang telah dirasakan, dan kemudian sosok berjaket kulit hitam menamparku dengan keras dari belakang, ahkirnya aku bangun dari tidurku.

Selanjutnya aku bergegas untuk bangkit dari ranjangku, mengambil jaket bulu dombaku dan memakai topeng yang tebuat dari rajutan serat jagung, perlahan- lahan aku keluar untuk melihat sudut- sudut jalan kota Avignon. Sudah lama aku berdiam diri di ufuk selatan jauh dari pemukiman, kini aku beranikan diri untuk melihat keadaan kota. Terlihat dari kejauhan asap- asap mengepul di rumah warga, darah berceceran bagai tomat yang terinjak. Mayat- mayat bergelimpangan disetiap depan ornamen- ornamen otentik rumah warga. Keindahan kota menjadi prahara menyedihkan, bagaikan petir menyambar- nyambar  dan membumi hanguskan kebun. Begitulah keadaan pandemi yang mencekik seluruh warga Eropa. Aku masih teringat dengan mimpiku, akankah zaman kedepan lupa dengan peristiwa ini?. Disaat euforia, materialistik, konsumeris, merambat merajalela nantinya, aku percaya suatu saat akan muncul zaman yang terang benderang dan menenggelamkan Pandemi Black Death ini. Saat kejadian itu juga wabah menyebar ke seluruh Prancis Selatan, raja Philip VI dari Prancis memerintahkan Universitas Paris untuk menyusun karya perintis Compendium de epidemia karena pandemi.

Aku mempunyai teman ia bernama Maximilian Sparte, ia merupakan seorang tepelajar, dan aku hanyalah seorang budak petani dari kerajaan, aku dengan Sparte sangatlah akrab, aku berinisiatif mengajak ia untuk memanuskripkan kejadian ini, keresahanku menggebu, bilamana nanti kekuasaan hanya menjadikan alat kelanggengan tanpa mempedulikan nyawa yang direnggut oleh pandemi ini, atas nama pahlawan kerap kali muncul, tapi ambisi dibelakang banyak penderita wabah pes ini, disiksa, dihukum dan dijatuhi hukuman bunuh diri. Sparte mengatakan kepadaku "Otoritas memang pusat peredam pandemi, tetapi kesadaran masyarakat untuk mengelola ekologi adalah hal yang urgent". Kemudian Sparte menerbitkan buku yang berjudul Le pouvoir derrire les tnbres de la pandmie. Dimana buku itu menceritakan hal- hal yang lebih kejam dari kolonial dan otoritas disaat wabah menggumpal. Dan aku hanya bertugas berceramah dari pasar satu ke pasar lainya, untuk mendorong perubahan kepada otoritas agar pandemi ini cepat reda. Terinspirasi dari mimpiku bahwa masa depan mungkin semakin maju, tetapi nilai- nilai, budaya, moral, etika harus tetap seimbang.

Zamanku mungkin banyak problematika yang tampak, dan aku yakin suatu saat zaman kedepan problematika semakin tersembunyi dengan halus. Revolusi menjadi hal yang klise saat itu, tiada yang dapat membentengi diri kecuali dengan fikiran yang terbuka dan spiritual yang kuat. Saat ini saja zaman Vatikan memang maju tetapi secara keilmuan tidak pernah ada inovasi baru, dan wabah ini semakin parah, karena ilmuwan tidak pernah terjun langsung atau entah kemana perginya? Aku adalah Karl De Haviour, anak petani yang selamanya menjadi budak imperium, dan hidup ditengah kegelapan yang mencekam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun